Apresiasi Realisasi Investasi, Amin AK Dorong Danantara Jadi Lokomotif Pasok Global

by
Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak.(Foto : Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pernyataan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani mengenai realisasi investasi pada Triwulan I 2025 mencapai Rp 452,8 triliun mendapat respon positif di ruang publik.

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak, misalnya. Ia mengapresiasi capaian investasi di Pemerintah Prabowo Subianto.

“Kami menyambut gembira capaian tersebut. Dan kami berharap investasi yang masuk bisa menandai langkah awal Indonesia dalam memperkuat peran di rantai pasok global,” kata Amin dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (25/4/2025).

“Gejolak ekonomi dunia saat ini harus dijadikan momentum agar Indonesia menjadi simpul penting dalam rantai pasok dunia,” tambahnya.

Angka tersebut menunjukkan kenaikan 23,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah sendiri menargetkan total investasi sebesar Rp 1.905,6 triliun untuk tahun ini, didorong oleh iklim usaha yang membaik serta tata kelola yang diperkuat.

Wakil Ketua Fraksi PKS itu juga berharap, Danantara yang dibentuk Presiden Prabowo sebagai holding BUMN investasi, mampu memainkan peran penting sebagai lokomotif investasi nasional.

“Dengan mengusung prinsip good and clean governance (GCG), Danantara menjadi penggerak utama dalam mendorong investasi strategis, mendorong hilirisasi industri, dan mendukung transisi energi,” paparnya.

Kendati demikian, dirinya mewanti-wanti agar Danantara tak hanya bertugas menghimpun dan mengelola modal, tapi juga menggerakkan transformasi ekonomi nasional dengan prinsip tata kelola yang baik dan bersih (GCG).

“Para pengelola Danantara tidak boleh melupakan prinsip GCG ini jika ingin Danantara sukses menciptakan jutaan lapangan kerja dan mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui investasi”, imbuhnya.

Menurut Amin, jika ingin investor percaya, maka reformasi tatakelola harus mulai dari dalam. Danantara hadir bukan hanya sebagai investor strategis, tetapi juga sebagai simbol bahwa keseriusan memperbaiki iklim investasi. Danantara harus menjadikan investasi negara lebih efisien, terukur, dan berbasis risiko.

Saat ini, Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi yang ditandai dengan melemahnya sektor industri manufaktur yang semestinya menjadi tulang punggung dalam perekonomian suatu negara.

Pelemahan itu terlihat dari penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB, penurunan penyerapan tenaga kerja, menurunnya investasi, dan peningkatan ketergantungan pada impor.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi kebijakan industri yang kuat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar global.

“Investasi yang masuk juga harus didorong untuk membawa alih teknologi, membuka peluang kolaborasi dengan UMKM lokal, dan meningkatkan nilai tambah ekspor nasional,” tegas Amin.

Menurut Amin, Danantara bisa menjadi garda depan dalam penguatan tata kelola, serta strategi industri yang tepat sasaran. Indonesia sedang menapaki jalur menuju panggung utama rantai pasok dunia, bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai pemain utama. (Jal)