Dampak Perubahan Iklim Dihadapi dengan Adaptasi dan Mitigasi

by
Tim UDN dan media serta nara sumber foto bersama usai diskusi. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Selama manusia masih tinggal di bumi, dampak perubahan iklim tidak bisa dihindari. Harus bisa berupaya untuk beradaptasi dan mitigasi.

“Bumi hanya ada satu, kecuali mau pindah ke planet lain atau kita sudah wafat. Tidak akan terdampak perubahan iklim,” ujar Nofdy L. Pono selaku nara sumber pada kegiatan diskusi yang digelar Yayasan Ume Daya Nusantara (UDN), Jumat (25/4/2025) petang.

Nofdy Pono dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Kupang ini mengungkapkan, perubahan iklim sudah terjadi, dan kalau tidak melakukan mitigasi dari sekarang, maka dampaknya akan semakin meluas dan besar.

“Tugas kita bersama untuk saling mengingatkan, untuk sama-sama menjaga bumi kita. Kalau tidak, maka dampaknya akan dialami oleh anak cucu nanti,” jelas Nofdy Pono.

Perlu diketahui, kata Nofdy Pono, perubahan iklim dipicu adanya emisi gas rumah kaca, hal ini bukan hanya masyarakat, kadang pemerintah juga tidak mengetahui.

“Gas rumah kaca itu sebenarnya Tuhan ciptakan baik, berfungsi sebagai selimut di atmosfer untuk menyerap dan memantulkan panas. Jadi ketika dia mau menyerap gas-gas ini, gas-gas ini memantulkan sehingga kita tidak terlalu panas, tapi hangat,” papar Nofdy Pono.

Menurut Nofdy Pono, akibat dari perbuatan yang tidak bisa dihindari manusia dan kadang-kadang alam, menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca makin meningkat.

“Karena semakin meningkat, .sehingga ketika mau menyerap dia sudah memantulkan kembali atmosfer ke bumi, maka kita rasa semakin panas,” ungkap Nofdy.

Kondisi musim dulu masih bisa diprediksi, lanjut Nofdy Pono, dimana pada bulan Desember sudah tahu akan musim hujan sampai Februari tahun berikutnya.

“Tapi sekarang hal ini sulit, karena memasuki bulan Desember, panasnya seperti bulan Oktober, ini yang dinamakan perubahan iklim,” kata Nofdy Pono.

Maka mau tidak mau, suka atau tidak suka jelas Nofdy Pono, perubahan iklim harus dihadapi, dan dampak perubahan iklim yang dirasakan sekarang ini, bukan disebabkan dari satu atau dua tahun lalu, tapi ini sudah terjadi dari berpuluh-puluh tahun lalu,” papar dia.

Lebih lanjut Nofdy Pono menegaskan, perubahan iklim ini berdampak pada kelompok rentan, khususnya perempuan, lansia dan kaum disabilitas.

“Survey dampak perubahan iklim terhadap perempuan, mencapai 14 kali lebih mungkin meninggal akibat bencana alam,” ujar Nofdy Pono.

Secara rinci Nofdy Pono menyebutkan, dampak dari perubahan iklim yang terjadi seperti suhu yang lebih panas, badai yang lebih hebat, meningkatnya kekeringan, kenaikan suhu dan permukaan laut.

“Ini peran kita semua untuk mengingatkan dan melakukan mitigasi, kalau tidak berbuat sekarang, dampaknya akan dihadapi anak cucu,” ulang Nofdy Pono.

Sebelumnya Wakil Direktur UDN, Simon Sadi Open mengatakan, perubahan iklim sudah menjadi isu global, perbincangan dan perhatian banyak pihak, sehingga UDN memiliki program untuk terus mensosialisasikan.

“Konsen kami dampak dari perubahan iklim ini terhadap kelompok rentan, seperti perempuan, lansia dan disabilitas,” ujar Simon.

Persoalan kekeringan, jelas Simon, salah satu dampak perubahan iklim yang dirasakan mereka, sehingga ketersediaan air menjadi sulit.

“Ditengah masyarakat kita biasanya penyediaan air di rumah tangga itu adalah perempuan, yang laki-laki kadang tidak mau tahu kesulitan itu. Pada akhirnya tidak jarang terjadi KDRT,” kata Simon. (iir)