Bermain ‘Gadget’ Jadi Penyebab Rendahnya Literasi di Indonesia

by
Anggota Komisi X DPR RI Nuroji. (Humas DPR RI)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Anggota Komisi X DPR RI Nuroji menilai bermain gawai (gadget) menjadi salah satu penyebab sangat rendahnya budaya literasi di Indonesia. Dikarenakan, saat ini, anak-anak hingga orang dewasa di Indonesia lebih memilih bermain gawai daripada membaca. Sehingga, dampak yang ditimbulkan kurangnya minat baca pada zaman sekarang.

Diketahui, Indonesia tergolong ke dalam empat besar di dunia yang paling lama dalam bermain gadget. Jika dihitung per harinya rata-rata hampir enam jam. Demikian dikatakan Nuroji melakukan pertemuan dengan Wakil Bupati Kabupaten Serang Pandji Tirtayasa, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Serang, Kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Serang dan jajaran stakeholder lainya. Dalam rangka Kunjungan Kerja Reses. Di Balai Pertemuan Kantor Bupati Kabupaten Serang, Jumat, (14/5/2023).

“Jika seperti itu saya rasa akan berpengaruh dengan proses budaya membaca, harus ada upaya juga dari pemerintah atau paling tidak lingkungan keluarga, maupun tenaga pendidik di lingkungan sekolah agar dapat memberikan pengetahuan dampak daripada gadget itu sendiri, perlu ada batasan waktu. Sehingga peningkatan budaya literasi ataupun minat baca bisa meningkat dan dapat direalisasikan,”  pungkasnya.

Politisi Fraksi Gerindra ini menjelaskan budaya menonton dan mendengar mungkin lebih efektif menyerap informasi akan tetapi itu juga yang mempengaruhi literasi di Indonesia dan budaya baca sangat rendah. Dengan demikian, menurutnya, perlu adanya dorongan orang tua, keluarga, dan tenaga pendidik untuk harus bisa membangun budaya membaca dari lingkungan sehari-hari karena dengan membaca pengetahuan akan bertambah dan dapat mengenal dunia. Untuk itu perlu ada batasan anak-anak  menggunakan alat komunikasi berupa gadget.

“Di sekolah, guru-guru juga harus  mewajibkan budaya membaca buku, serta saya sarankan tadi seperti dalam pertemuan pekerjaan rumah tidak hanya berupa soal hitungan akan tetapi harus juga diberikan soal menulis dan membaca. Jangan sekadar berhitung tapi baca pun sangat penting. Dengan demikian lingkungan sehari-hari maupun di sekolah harus membantu mengedukasi bahwa budaya literasi dan membaca sangat penting untuk meningkatkan budaya literasi,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa mengatakan tingkat literasi di daerah harus dikuatkan. Oleh karena, dengan literasi yang kuat maka anak-anak akan berlomba-lomba tidak hanya anak-anak akan tetapi orang dewasa juga akan datang ke perpustakaan. Dengan animo yang besar yang hadir dari masyarakat, maka akan berimbas betapa adanya kesenjangan tenaga pustakawan ataupun pengelola perpustakaan yang masih sangat minim dan karena itu perlu adanya penambahan.

“Berarti jika seperti itu harus ada kesadaran dari diri sendiri dan juga sekolah harus membiasakan anak gemar membaca, tugas – tugas sekolah harus mulai dari membaca mereka harus cari rujukan ke perpustakaan, tugasnya tidak hanya berupa hitungan. Dengan begitu perpustakaan tidak sepi, namun diminati oleh semua kalangan masyarakat,” ungkap Politisi PKS itu

Dengan demikian, Politisi dari Dapil Jawa Barat I menambahkan perlu adanya dukungan daripada orang tua, tenaga pendidik, dan diri sendiri untuk memulai minat baca. Sehingga minat baca bisa ditingkatkan, budaya literasi di Indonesia bisa meningkat. (Kds)