Promosi Kesehatan di Medsos Harus Dibarengi dengan Pemahaman Etika Digital

by
Diskusi daring #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk "Etika Promosi Kesehatan Di Dunia Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Media sosial telah menunjukkan perannya dalam upaya mempermudah promosi informasi kesehatan yang akurat dan terkini. Namun, yang harus diingat upaya promosi di media digital tersebut hendaknya dengan penuh tanggung jawab.

Dosen Departemen Sosiologi FISIPOL UGM, Mustaghfiroh Rahayu menilai, promosi kesehatan melalui media digital sudah terasa dampak positifnya.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian tentang intervensi berbasis internet untuk menurunkan berat badan, penghentian kebiasaan merokok, dan menggalakkan aktivitas fisik.

“Intervensi tersebut berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, dukungan sosial, perilaku, dan status kesehatan,” kata Rahayu dalam diskusi daring #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk “Etika Promosi Kesehatan Di Dunia Digital” pada Sabtu (20/8/2022).

Namun, menurut Rahayu, kelemahannya ialah masih kurangnya penjangkauan terhadap audien pasif, kurangnya interaksi dengan audien. Termasuk keterbatasan kemampuan profesional kesehatan memanfaatkan media sosial.

“Sehingga tidak menjamin keberlanjutan program, dan informasi palsu dan tidak akurat,” ujar Rahayu

Peneliti di Abdurrahman Wahid Centre for Peace & Humanities/Mahasiswi Magister Antropologi UI Sarah Monica mengingatkan, upaya peningkatan promosi kesehatan ini harus dibarengi degan pemahaman etika berdunia digital.

Kenapa penting? Dalam ruang digital tentunya akan berinteraksi, dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural.

“Dengan media digital setiap warganet berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya. Maka, segala aktivitas di ruang digital memerlukan etika digital,” kata Sarah.

Sarah menambahkan, promosi kesehatan itu tidak terlepas dari mempengaruhi, mengedukasi, mengajak, dan menginformasi. Dengan ruang lingkup, tenaga medis, lingkungan, pasien dan keluarga, masyarakat.

“Makanya, dalam promosi kesehatan, visinya harus mengutamakan pelayanan terhadap pelanggan, dengan pendekatan empati. Terus gaya komunikasi santun dan personal. Gunakan penjelasan ilmiah dengan bahasa sederhana,” ujar Sarah.

Associate Professor – Administrasi Publik UNSOED/Pengurus Pusat IAPA, Dwiyanto Indiahono mengungkapakan, berdasarkan data dari We are Social Hootsuite (2022) per Februari di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet. Hal ini setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia.

“Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%),” kata Dwiyanto.

Dari data tersebut, Dwiyanto mengimbau kepada semua masyarakat agar menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama.

Sedangkan promosi kesehatan di media sosial, perlu menerapkan netiket demi mencapai tujuan kebajikan bagi masyarakat luas.

“Kredibilitas pelayanan yang baik akan membangun kepercayaan untuk menerima berbagai informasi dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan,” kata Dwiyanto. (Kds)

Catatan:

Untuk bisa terus mendapatkan Informasi ter up to date, dapat dilihat di info.literasidigital.id atau follow media sosial @Siberkreasi.