Indonesia Bebas Varian Omicron, Pengetatan Pengawasan Nataru Harus Super Ketat

by
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron (Foto: Ist)

PASTINYA, virus varian B.1.1.529 atau dengan sebutan virus Covid-19 Omicron belum terditeksi atau belum terdapat di Indonesia. Jadi kabar sebelumnya, bahwa varian Omicron telah menginfeksi 4 warga di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, adalah tidak benar atau hoax.

Kabar hoax itu sudah disampaikan langsung oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo. Ia mengabarkan informasi itu langsung, dari pernyataan hoax yang dilontarkan Kadinkes Kabupaten Bekasi dr Sri Enny Maniarti, untuk menenangkan masyarakat yang ketakutan akan munculnya varian baru asal Afrika Selatan tersebut.

Meski adanya berita varian Omicron itu sudah dibantah sendiri oleh dr Sri Enny Maniarti, dan dia tidak pernah menyebut sebagai varian Omicron, melainkan Covid-19 varian Delta, namun berita sudah tersebar dan sempat membuat masyarakat cemas.

Yang menjadi pertanyaan sekarang ini, benarkah masyarakat akan percaya seratus persen atas bantahan pernyataan bahwa informasi adanya varian Omicron adalah hoax?Mengingat traumatis berkepanjangan masyarakat akan virus Covid-19 tersebut.

Percaya atau tidak saat ini bukanlah hal penting. Terpenting adalah, aturan serta kebijakan masing-masing stakeholder harus dijalankan seirama dan diterapkan dengan konsisten.

Tujuannya, agar masyarakat tidak bingung dalam melawan penularan COVID-19, termasuk menyeruaknya informasi varian baru, yakni Omicron. Di mana awalnya masih tenang, saat ini mulai gelisah dengan adanya berita hoax,  bahwa Omicron sudah menginfeksi warga.

Jadi, sudah tidak bisa main-main lagi menghadapi Covid-19 di libur panjang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Semua unsur kepentingan, mulai Satgas, Kemenkes dan lainnya harus tegas dan tepat menjalankan tugasnya.

Melakukan pengamanan ketat disemua pintu masuk masuk internasional dan wilayah. Semua petugas dilapangan baik itu dari KKP dan Imigrasi TNI/Polri dan BNPB semuanya betul-betul berjalan dengan sistem dilapangan, tidak boleh ada lagi toleransi dalam bentuk apapun bagi pelaksanaan kita dilapangan.

Paling penting,  terkait yang sudah ditetapkan bahwa harus melakukan tes PCR bagi yang berasal dari luar negeri baik WNI atau WNA yang melakukan perjalanan ke luar negeri ini. Termasuk juga menjalani karantina.

Tes swab PCR adalah masih yang terbaik untuk mendeteksi positif atau negatif dari Covid-19. Termasuk varian Omicron yang sekarang ini sedang ramai dipermasalkan.

Selain itu, jangan sampai dilupakan pengawasan prokes harus tetap dilakukan. Karena tidak semua masyarakat sadar akan prokes. Satu saja tak taat prokes bilang didiamkan dan dia terinfeksi Covid-19, akan banyak menularkan ke yang lainnya.

Begitu juga pengawasan akan vaksin. Syarat vaksin mutlak harus sudah dimiliki oleh setiap personal. Jika perlu saat pemeriksaan ternyata ditemukan ada personal yang belum di vaksin. Lakukan vaksin ditempat itu juga.

Semua kemungkinan akan adanya penularan Covid-19, harus diwaspadai, termasuk Covid varian Omicron. Indonesia Covid-19, sudah mereda, dan saat ini menghadapi hari libur Nataru. Jangan sampai pengalaman buruk gelombang dua, terulang menjadi gelombang tiga.

Menghindari hal yang tak diinginkan bersama, seperti pernah diutarakan Kasatgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi, adalah gampang, memakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan, kemudian menjaga pentilasi ruangan itu menjadi utama banget dan mempercepat vaksinasi dimana saat ini kita sudah lumayan bagus dan menambah produksi vaksin.

Kemudian, untuk tidak mengundang virus Covid-19, atau dengan varian Omicron, stop libur panjang, stop bridging, klaster tatap muka. Mengawasi tempat wisata jangan sampai ada banyak kerumunan, diperketat sayarat perjalannan khususnya di alat transportasi umum.

Kata kunci yang sangat peting untuk hal ini adalah memonitor evaluasi, jadi semua kebijakan harus selalu di monitor dan selalu dievaluasi, jadi kalau ada lonjakan keatas harus segera diganti lebih cepat.

Tak lupa, lakukan vaksinasi booster. Apalagi WHO sudah dijelaskan pengguna vaksin Sinovac harus segera dilengkapi vaksinasi booster. (Dadang Sugandi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *