Siti Fauziah: Bijak Bermedsos Perlu Diterapkan dalam Keseharian

by
KaBiro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR, Siti Fauziah SE., MM., dan Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan SH., MH.

BERITABUANA.CO, BALI – Puluhan Netizen Bali yang berasal dari berbagai blog, vlog, instagram, facebook, dan twitter terlihat santat antusias saaat mengikuti ‘Netizen Academy’ yang bertema ‘Unity In Diversity for a Better Indonesia’, yang digelar oleh MPR di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, pada Sabtu (30//10/2021).

Hadir dalam kegiatan yang selalu menyampaikan slogan ‘Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa’, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Setjen MPR, Siti Fauziah SE., MM., Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan SH., MH.

Di awal sambutan Siti Fauziah menyapa kepada para netizen. Dirinya merasa bangga kegiatan yang digelar di pulau dewata itu diikuti tidak hanya mereka yang berasal dari berbagai media sosial namun juga berasal dari beragam latar belakang suku, agama, dan ras.

Siti Fauziah dan Budi Muliawan SH., MH. ditengah-tengah peserta ‘Netizen Academy’ yang bertema ‘Unity In Diversity for a Better Indonesia’, yang digelar oleh MPR di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, pada Sabtu (30//10/2021).

“Ini merupakan bentuk keragaman Indonesia. Namun tetap Indonesia,” kata Siti kepada para peserta, ‘Netizen Academy’ yang digelar selepas pukul 13.00 WITA. itu merupakan kegiatan yang ketiga kalinya.

“Sebelumnya digelar di Bali, kita adakan di Bandung dan Semarang,” paparnya. Kegiatan digelar di berbagai kota menurut Siti Fauziah untuk mensosialisasikan lembaga dan kegiatan MPR. “Agar MPR dikenal di media sosial,” paparnya lagi menambahkan.

Perempuan yang akrab dipanggil Bu Titik itu berharap tema yang diusung dalam kegiatan ini bisa diterjemahkan atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita perlu bijak ketika menggunakan media sosial. Hal demikian penting sebab saat ini media sosial kerap disalahgunakan oleh sekelompok orang untuk melakukan tindakan yang tidak bertanggungjawab, menyebar berita bohong, hoax, bahkan fitnah,” ungkapnya.

Hadir dalam ‘Netizen Academy’ mayoritas adalah kaum millennial. Melihat hal yang demikian, Siti Fauziah menuturkan media sosial tidak hanya digunakan oleh kaum millennial, mereka yang sudah berumur pun juga memakai media itu.

Maraknya penggunaan media sosial, menurut perempuan asal Kota Bandung, Jawa Barat, itu merupakan bukti perkembangan teknologi komunikasi.

“Jaman saya masih kuliah tidak ada media sosial. Pada masa itu media yang berkembang adalah koran, majalah, dan terbitan yang sifatnya cetakan. Dulu yang memiliki handphone sedikit. Nah sekarang rata-rata semua orang memiliki handphone,” tambahnya.

Agar bisa mengikuti perkembangan jaman dalam berkomunikasi maka MPR selalu menyesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi. Selain memiliki akun facebook, youtube, twitter, dan instagram, saat ini MPR juga mempunyai Buku Digital MPR RI.

“Tak ada gading yang tak retak”, ujar Siti Fauziah. Untuk itu dalam ‘Netizen Academy’ dirinya meminta masukan dari para netizen. Kita serap aspirasi para netizen. Masukan yang ada akan kita implementasikan,” tuturnya.

Kesetjenan MPR RI berdisuksi dengan ‘Netizen Academy’ yang bertema ‘Unity In Diversity for a Better Indonesia’, yang digelar oleh MPR di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Budi Muliawan dalam kesempatan itu mengatakan 93 tahun yang lalu di tengah masyarakat terjadi peristiwa yang besar dan monumental. Pemuda dari berbagai daerah dan agama berkumpul untuk menggelar Kongres II Pemuda Oktober 1928. Apa yang dilakukan oleh para pemuda itu menurut alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, itu merupakan suatu keberanian.

“Para pemuda berani menyatakan satu tekad Indonesia sebelum bangsa ini merdeka pada 17 Agustus 1945,” paparnya.

Tidak hanya di Jakarta peristiwa sejarah perjalanan bangsa terjadi. Di Bali, para raja, rakyat, dan tentara rela berkoban untuk mempertahankan wilayahnya, merebut, dan mempertahankan Indonesia.

“Ada Peristiwan Puputan Margarana. Dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Bila orang Bali sudah melakukan puputan, maka ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan haknya. Jauh sebelum merdeka, di Bali juga ada peristiwan puputan-puputan yang lain,” ungkanya.

Dari berbagai peristiwa di atas, Budi Muliawan menyebut bangsa ini adalah bangsa pejuang. Bangsa ini merdeka karena perjuangan, bukan pemberian penjajah. Dengan demikian para pahlawan itu juga mewariskan nilai-nilai perjuangan. Nilai-nilai itulah yang perlu terus dirawat.

:Pahlawan-pahlawan bangsa ini adalah inspirasi kita,” ujarnya seraya menekankan sebagai generasi muda, kaum millennial, menurut Budi Muliawan bisa melakukan perubahan menuju ke keadaan yang lebih baik.

Budi juga mengajak kepada kaum millennial yang hadir dalam acara itu untuk menyuarakan kebenaran. Bila para pemuda tidak akan mengambil peran yang kontributif dan positif maka ruang-ruang itu akan diisi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

“Sampaikan yang baik lewat media sosial,” tegasnya.

Koordinator Netizen Bali, I Gusti Manik dirinya senang bisa mengikuti acara itu. Dia mengucapkan terima kasih kepada netizen Bali yang antusias datang ke acara ini. Disebutkan mereka yang hadir tidak hanya dari bloger, vloger, dan pengguna media sosial lainnya namun juga ada yang berprofesi musisi. “Jangan berhenti mencintai Indonesia,” ucpanya. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *