Bermedsos Secara Bijak Dinilai Cara Terbaik Menjaga Ruang Digital

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Jaga Bersama Ruang Digital Kita". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Berita bohong alias hoaks bisa membuat terjadinya disinformasi dan misinformasi yang akan berpengaruh pada keretakan hubungan masyarakat. Untuk itu, masyarakat perlu bersama-sama menjaga ruang digital agar aman, dan ramah terhadap anak.

Dosen Universitas Ahmad Dahlan Devi Adriyanti menjelaskan, cara menanamkan kepada anak dan masyarakat agar bisa bermedia dengan sehat, yakni menumbuhkan kesadaran bahwa di dunia digital, pada dasarnya dia tetap berinteraksi dengan manusia nyata.

“Tujuannya untuk pembentukan empati, toleransi, rasa kemanusiaan, kehati-hatian, dan lain-lain,” kata Devi dalam diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Jaga Bersama Ruang Digital Kita” pada Kamis (13/10/22).

Devi melanjutkan, pembiasaan dan pendisiplinan hal-hal etis dan baik. Biasakan menggunakan 4 kata kunci, “Permis, tolong, terimakasih, dan maaf”. Kemudian, orang tua harus memberi tauladan dalam penggunaan gawai. Harus konsisten antara perkataan dan perbuatan.

“Orang tua/orang dewasa harus mendampingi dan jadi teman (patner) anak dalam mengarungi dunia digital,” kata Devi.

Devi menyampaikan, penting juga menerapkan sikap bijak, selalu menggunakan akal budi; pandai; mahir. Sikap bijak itu bisa tergambar dalam petuah orang-orang tua dahulu.

“Pandai menimbang-nimbang sesuatu apakah patut atau tidak, tahu menempatkan sesuatu pada tempatnya, tahu ranting yang akan menusuk, dahan yang akan menimpa (sadar resiko),” tuturnya.

Alasan diperlukannya sikap bijak di ruang digital, karena ruang digital sama dengan ruang public. Oleh sebab itu agar orang tetap jadi manusia dan bersifat manusiawi diperlukan sikap bijak.

Bagi Devi, orang yang tetap menjadi manusia yang manusiawi karena ia bijak. Yakni; orang yang memanfaatkan akal budinya untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya, untuk menimbang sesuatu apakah benar atau salah, patut atau tidak, bagus atau jelek, baik atau buruk.

“Maka, ditengah perubahan kemajuan teknologi digital dan internet dibutuhkan sikap yang tepat,” ucapnya.

Sementara itu, Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Bevaola Kusumasari mengingatkan terkait konten-konten negatif seperti penyebaran ujaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA, hoaks, perundungan di dunia maya.

Menurut Bevaola, cara mencegah konten-konten negatif tersebut ialah dengan meningkatkan kemampuna literasi digital.

“Tujuan literasi digital adalah memberi kita kontrol yang lebih besar atas interpretasi karena semua pesan media merupakan hasil konstruksi,” kata Bevaola.

Ia menambahkan, keterkaitan antara kepuasan penggunaan internet dengan literasi digital seharusnya dapat seimbang, sehingga pemanfaatan teknologi dapat berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat dalam mempergunakan teknologi tersebut.

Fasilitator Komunitas & Penggiat Advokasi Sosial Ari Ujianto menilai, dalam bermedsos diperlukan prinsip think. Yaitu, apakah informasi atau konten yang diunggah atau yang dibagi adalah benar? Apakah yang diunggah bermanfaat dan membantu?

“Apakah konten tersebut termasuk kategori illegal? Apakah penting/mendesak diunggah/dibagikan Apakah konten yang diunggah tidak menyakiti orang lain?” kata Ari. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.