BERITABUANA.CO, JAKARTA – Mantan Wakil Ketua DPR RI periode 2014+2019, Fahri Hamzah menghimbau kepada semua elemen bangsa untuk kembali bersatu. Kata dia, sudah cukup menjadikan isu ideologi sebagai konflik antar anak bangsa.
“Ayo kembali bersatu. Ngapain sih konflik ideologi ini bangkit kembali? Kan Pemilu nasional (Pileg dan Pilpres) masih jauh,” kata Fahri yang kini menjabat Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia melalui akun resmi twitternya, @Fahrihamzah, pada Sabtu (21/11/2020).
Fahri justru meminta agar semua pihak untuk mengawal jalannya proses Pilkada serentak yang digelar di 270 daerah se Indonesia. Jangan sampai, lanjut dia, isu yang berada di pusat pemerintahan, justru merusak jalannya pelaksanaan Pilkada.
“Ayo kawal Pilkada. Biar 270 daerah dapat pemimpin terbaik. Jangan rusak pilkada dengan isu pusat. Sama2 nahan diri dong. Dewasa dikit kenapa sih,” ketus dia.
Dalam kesempatannya itu, Fahri juga menyinggung adanya upaya menarik militer atau TNI masuk kembali ke tanah sipil.
“Kita dukung semboyan “TNI dan Polri bersatu”. Tapi kita pasti harus menolak tugas TNI sama dengan Polri. Kita jangan lupa sejarah, kita telah mengoreksi ABRI dan mengeluarkan Polri dari-nya. Indonesia adalah negara hukum dan dikelola secara sipil, sedangkan militerisme masa lalu,” tambahnya.
Karena itu, dirinya menyayangi bila ada upaya untuk mengembalikan dua institusi pertahanan dan kemananan dalam pengelolaan sistem demokrasi. Tentunya, hal tersebut mencederai semangat reformasi yang telah dijalankan selama kurun waktu 20 tahun ini.
“Saya nggak paham sih, setelah 20 tahun lebih reformasi kita tiba-tiba muncul pejabat militer masuk dalam demarkasi pengelolaan negara sipil ini. Dugaan saya karena “TNI dan Polri bersatu telah dimaknai sebagai bersatunya fungsi”. Tentu kita sayangkan dan cukup menyedihkan,” paparnya.
Bahkan, Fahri berandai-andai kalau dirinya menjadi Menhan, ini adalah “lampu kuning” ditabraknya rambu-rambu militer dalam demokrasi. TNI harus mengerti bahwa tugas dia di tengah rakyat adalah memelihara perdamaian.
“Sebagaimana militer berperang bukan untuk membunuh lawan tapi untuk menjaga perdamaian,” pungkasnya. (Jal)