Menjadi “Siapa” Guru Bangsa

by
Brigjen Pol. CDL

KITA melihat banyak keteladanan dari para bapa bangsa yang berani menjadi ikon panutan bagi berdaulatnya negara. Bagi perjuangan memerdekakan demi adil makmur sejahteranya jehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka berani nggetih atau berani melaksanakan komitmennya. Hingga dirinya bahkan keluarga dan kehidupanyappun berani dikorbankan.

Jasanya budi baiknya menjadi kusuma bangsa. Menjadi pahlawan yang menjadi guru bangsa. Siapa yang berkorban? Beliau beliau ini langsung berdiri paling depan “saya”.

Para guru bangsa bukan kaleng kaleng bukan sekedar ada dalam kertas namun rela berkorban dan menjadi dasar bahkan pilar bagi bangsanya. Kecintaan dan kebanggaanya sebagai anak bangsa tidak diragukan. Beliau sadar bahwa apa yg dilakukan beresiko berat namun itulah jalan hidupnya menjadi panggilannya.

Menjadi siapa ini yang perlu dibangun karena setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Keinginan mewarisi spirit menjaga menumbuhkembangkan kedaulatan daya tahan daya tangkal dan daya saing bangsa.

Bangsa yang besar menghormati para pahlawannya, para guru bangsanya para perintis dan pejuang pejuang kemanusiaan. Spirit senopati ing ngalogo berani nggetih ini yang hampir menguap. Mostly yang kita lihat hanyalah kepentingan safety player bahkan orientansinya keduniawian.

Menjadi siapa merupakan passion dan mungkin bawaan orok. Namun semestinya juga disiapkan dan memikirkan tumbuh berkembangnya kaum kaum alkemis.

Guru bangsa di era milenial di masa new normal adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Berani menunjukkan karakternya sebagai panutan dalam mengcounter atas hoax dan strategi proxy yang menggunakan aprimordial demi kepentinganya. Berani melawan premanisme baik yang ada dalam birokrasi maupun yang ada di dalam kehidupan sosial.

*Brigjen Pol. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *