Bioskop Menanti Penonton, Produser: Siapa Mau Jadi Tumbal?

by
Dari Kiri Benny Suherman, Chand Parwez Servia, Firman Bintang

PANDEMI global virus Covid-19 telah melumpuhkan semua sendi perekonomian dunia. Tak terkecuali perputaran ekonomi di bidang industri film. Bioskop sebagai pasar terbesar dalam kegiatan ekonomi industri film dan ujung tombak dari transaksi antara produsen dan konsumen harus tutup.

Penutupan seluruh layar bioskop di indonesia sejak 7 April 2020. Pelaksanaan penutupan itu merupakan perpanjangan masa penutupan.

Sebelumnya, Cinema XXI memutuskan untuk menutup seluruh bioskop di DKI Jakarta mulai 23 Maret 2020 hingga 5 April 2020. Kini, 1.182 layar di 218 lokasi bioskop yang tersebar di 52 kota di seluruh Indonesia,

Pemerintah tidak ingin kondisi ekonomi Indonesia makin terpuruk, ada inisiatif untuk menggiatkan sektor ekonomi dengan pendekatan berdamai dengan corona. Implementasi dari pendekatan tersebut, pemerintah memberlakukan masa new normal.

Strategi Baru

Menyikapi masa new normal ini, Firman Bintang, produser dan mantan Ketua Umum Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) menyatakan bahwa harus diperhitungkan benar jika bioskop dibuka kembali di masa new normal.

Firman Bintang ragu ada produser dan film Indonesia yang mau film garapannya jadi ‘tumbal’ saat diputar di bioskop dalam masa new normal itu. Sebab, sekalipun bioskop sudah dibuka kembali dan memutarkan film, belum tentu banyak orang datang ke bioskop seperti sedia kala.

“Ada nggak yang mau filmnya jadi tumbal. Kalaupun bioskop dibuka, tidak seketika itu juga penonton datang,” kata Firman Bintang. Hal itu dipaparkan Firman Bintang pada acara Halal Bil Halal Webinar Online Senin (25/5/2020).

Lebih lanjut Firman mengatakan, meskipun bioskop dibuka tidak otomatis masyarakat langsung menyerbu. Masih diberlakukannya protokol Covid-19 akan menjadi momok bagi penonton untuk pergi ke bioskop.

“Orang tua juga berfikir serius sebelum mengizinkan anaknya nonton di bioskop,” Firman menegaskan.

Sisa 50 Persen

Apabila bioskop diizinkan operasional, menerima kunjungan penonton, jelas Firman, dipastikan setiap layar bioskop, hanya boleh terisi 50 persen dari seat yang tersedia. Karena ketentuan protokol kesehatan harus ada distance, ada jarak satu sampai dua meter.

Bahkan, bisa jadi hanya 25 persen saja seat yang terisi. Kondisi ini tidak memungkinkan meraih banyak jumlah penonton.

“Lalu apakah film yang tidak ada penonton di hari pertama akan diturunkan? Seperti yang biasa dilakukan pengelola bioskop. Saya kira di sini perlu juga dibicarakan. Perlu ada strategi baru dari jika masa new normal diberlakukan,” katanya.

Jika melihat dari jumlah film yang siap putar ada 28 judul. Itu yang sudah bertanggal. Masih banyak yang antri untuk mendapat tanggal tayang.

“Kalau toh nanti bioskop beroperasi pada Agustus-September, siapa produser yang mau filmnya sebagai uji coba pasar. Secara bisnis itu sangat berisiko. Saya kira para produser menunggu momentum bisnis yang benar benar sehat,” Firman menganalisa.

Win win Solution

Pada kesempatan itu Firman Bintang yang telah puluhan tahun berkecimpung di industri perfilman menghimbau agar pengelola bioskop memberikan banyak layar kepada film Indonesia.

“Jika kita semua sungguh sungguh mencintai film Indonesia. Apabila diperlukan para produser film dan pengelola jaringan bioskop duduk bersama untuk menemukan win-win solution,” kata Firman. Ditambahkan jangan sampai film nasional menjadi korban Covid-19, setelah kondisi normal, kemudian film impor kembali menguasai layar bioskop di Tanah Air. (KD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *