Inovasi Digital Dapat Membantu Pelaku Seni untuk Memperluas Jangkauan Penonton

by
Diskusi daring #MakinCakapDigital, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk "Inovasi Digital untuk Peningkatan Kesejahteraan Pelaku Seni". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan hampir semua pelaku seni budaya kehilangan ruang untuk berekspresi. Namun, semangat mereka untuk menghidupkan seni budaya bangsa tidak berkurang sedikitpun.

Pilihan beralih ke inovasi digital melalui pertunjukan secara online/virtual/daring menjadi salah satu alternatif, penyelamat mereka dalam berkreativitas, serta turut menopang kesejahteraannya.

Direktur DOTstudios.ID, pegiat media komunitas dan relawan TIK, Akhmad Nasir mengatakan, jati diri dalam ruang budaya digital, tak berbeda dengan budaya non digital.

Meskipun, dalam hal pertunjukkan, berbedaan itu sangat kuat, antara menonton langsung dengan virtual. Namun, dengan kemajuan teknologi, sudah semestinya pelaku seni beralih secara berlahan ke inovasi digital dalam berkreativitas.

“Digitalisasi budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas,” kata Nasir dalam diskusi daring #MakinCakapDigital, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk “Inovasi Digital untuk Peningkatan Kesejahteraan Pelaku Seni” pada Selasa (9/8/22).

Lebih lanjut, Nasir menerangkan, meningkatkan kesejahteraan pelaku seni dengan teknologi digital sangat dimungkinkan.

“Contoh pemanfaatan teknologi digital
seni pertunjukan dapat memanfaatkan platform video online untuk memperluas jangkauan penonton dari segi lokasi maupun demografi,” kata Nasir.

Disisi lain, Nasir juga mengimbau para pelaku seni termasuk masyarakat luas, untuk memahami tentang hak cipta. Baik itu, hak moral, hak eksklusif dan pengakuan atas pencipta dan isi ciptaan. Yang ini berlaku abadi.

Juga hak ekonomi dari pemanfaatan atas suatu ciptaan. Misalnya, penggandaan, pendistribusian dan pengkomunikasian ke publik.

“Perlidungan hak cipta dan perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku seni,” ungkap Nasir.

Sementara itu, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Publik FISIP UNPAR, Trisno Sakti Herwanto, lebih menitikberatkan pada ruang lingkup etika digital. Yakni, melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki tujuan, kemudian, kemauan menanggung konsekuensi dari perilaku di ruang digital.

Selanjutnya, mengedepankan kejujuran, menghindari plagiasi, manipulasi, dan sebagainya. Termasuk mengutamakan hal-hal yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” tegas Trisno.

Menurut Trisno, internet adalah anugerah, tetapi bisa menjadi bencana manakala teknologi hanya bisa mengendalikan manusia, tanpa jiwa-jiwa yang beretika. Etika hadir sebagai seorang bijak, yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia.

“Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri,” kata Trisno.

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.