Ketika Suara Tergadaikan, Apes Dech Rakyat

by
Direktur Eksekutif Cikini Studi, Teddy Mihelde Yamin.

Oleh: Teddy Mihelde Yamin (Direktur Eksekutif Cikini Studi)

SEJALAN waktu sebagian pengagum fanatik terlihat mulai realistis. Walau sebagian lain tetap banyak yang belum sadar, beberapa tiarap sambil menutup mata hatinya seolah semua berjalan baik-baik saja. Bagi yang ada dalam lingkaran maklum, begitulah politik. Tapi bagi yang tak menikmati ‘gula-gula’ permainan, tak ikut berpesta bersama juragan tambang (minerba) yang sedang lancar jaya, atau kebagian posisi ‘remah-remah kekuasaan’, akhirnya cuma ‘cheerleader’ politik, kan kasihan.

Sementara sang idola sedang sibuk berimprovisasi, mempermainkan kata-kata menutupi kegagapan kebijakannya. Sekalipun begitu, kini sah sudah, segala keputusannya dan langkah teamnya dijamin bebas tuntutan apapun.

Sadar nggak sih? Hari-hari ini dan ke depan, bagi-bagi dimulai, korporasi-korporasi swasta besar dan BUMN dapat guyuran insentif dari negara yang tak kecil jumlahnya, ratusan triliyun loch, sebagai stimulus dampak corona. Sementara Kartu Pra Kerja yang konsepnya ‘ngaco’ dan dikritisi banyak pihak, tak bergeming, tetap melenggang dipertahankan. Asyik kan!

Sialnya, iuran BPJS Kesehatan yang selama ini jadi ‘andalan’ rakyat buat bisa bertahan hidup ketika sakit, karena sebagai peserta mandiri BPJS Kesehatan buat jaga-jaga sakit (apalagi di masa pandemik ini) malah dinaikan, bukannya diturunkan. Padahal sebelumnya Mahkamah Agung (MA), sudah mengeluarkan putusan mengabulkan gugatan rakyat, faktanya bukannya dipatuhi. Tapi justru keluar Peraturan Presiden (Perpres) baru dan disuruh gugat balik kalau rakyat keberatan. Buat apa juga, kalau kelak putusannya tak dijalankan. Ini salah satu yang kumaksud keteladanan itu, kawan.

Seolah ‘tanpa tedeng aling-aling’, bukankah ini mempertontonkan keegoisan penguasa yang berhitung kepada rakyatnya sendiri. Jadi seolah berdagang. Padahal segala kekuasaan telah didapatkannya. Bahkan dengan UU Corona yang mulus disahkan DPR dan kini seakan bulat- bulat kekuasaan legislatif digadaikan/ diserahkan secara sadar kepada eksekutif. Rakyat bisa bikin apa?

Apes dech loe rakyat, ketika suaramu telah tergadaikan. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *