BERITABUANA.CO, KUPANG – Dalam rangka satu dekade perjalanan Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar Roadshow Movie Daya.
Saat Roadshow di Cinepolis Lippo Kupang, Jumat (5/7/2024), menampilkan tiga film pendek, yakni Terciduk, Ada Yang Salah Dengan Cinta dan Nitip Sendal. Dan ACFFEST 2024 kali ini mengambil tema Berantas Korupsi Dengan Seni.
“ACFFEST ini merupakan sebuah kompetisi film, yang bisa mengedukasi masyarakat terkait nilai-nilai antikorupsi,” jelas Medio Venda dari Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK.
Dikatakan Medio Venda, dipilihnya Kota Kupang sebagai salah satu agenda
roadshow KPK, karena memiliki banyak sineas perfilman yang bisa eksplor
lebih banyak.
“Kita berharap, ada keterwakilan dari Kupang dalam kompetisi, terkait film
antikorupsi,” harap Medio Venda.
Medio Venda mengakui, Kupang salah satu daerah yang maju untuk industri
perfilmannya. Banyak ide-ide segar dari wilayah timur, khususnya terkait tema-tema antikorupsi yang dibalut dengan kearifan lokal.
“Pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya bisa dengan OTT saja, tapi ada penindakan, pencegahan dan pendidikan, sebagai tiga langkah strategis,” ujar dia.
Menurutnya, bibit potensi korupsi akan selalu tumbuh, kalau tidak ada edukasi secara baik kepada masyarakat
“Untuk itu peran edukasi sangat penting, yang bisa dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan media film, karena bukan hanya sekedar hiburan
tapi tanpa sadar sedang diberikan pengetahuan,” papar Medio Venda.
Dijelaskan Medio Venda, ketika menonton, tidak merasa digurui. film bisa menjadi sebuah pendekatan yang sangat lunak, untuk bisa merubah paradigma dari masyarakat.
“Untuk itu film-film yang dihasilkan melalui kompetisi ACFFEST, memiliki nilai-nilai anti korupsi yang diajarkan kepada masyarakat,” tegas Medio Venda.
Pada kesempatan yang sama, Sutradara Film dan Penulis Naskah, Rahabi Mandra
mengakui, sebuah film nyawanya lebih panjang daripada manusianya.
“Yang bikin film itu umurnya paling hanya sampai 70-80 tahun, setelah itu lewat. Tapi kalau film sudah masuk YouTube, tentu akan selamanya disana,” ujar dia.
Artinya, tambah Rahabi Mandra, film itu punya kekuatan yang sangat besar dan luar biasa lama, untuk bisa menjadi pengaruh yang baik dan yang buruk.
“Oleh karena itu, program ACFFEST ini menjadi penting, karena akan
menumbuhkan banyak film, yang mempunya nilai yang baik, sehingga nanti bisa ditonton dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan itu menjadi contoh,” ungkap Rahabi Mandra.
Sedangkan Manuel Albertus, Pendiri Komunitas Film Kupang sekaligus Sutradara Film menjelaskan, geliat produksi dan pemutaran film di NTT selema 5 tahun
terakhir mengalami peningkata yang luar biasa.
“Termasuk dua tahun terakhir, saya bikin Lab pengembangan naskah film pendek
di NTT, pesertanya beragam, dari berbagai daerah sekarang,” tambah Manuel
Albertus.
Dikatakan dia bahwa tiga tahun lalu masih didominasi Kupang, Maumere dan
Lembata, tapi tahun ini meluas ke sumba dan sekitarnya.
“Tapi yang menarik, perkembangan film di Kupang, ekosistem film nya tumbuh.
Justru lima tahun terakhir itu film-film yang membawa kesan dan isu sosial
yang kuat,” ujar dia.
Manuel Albertus mengakui, kehadiran ACFFEST di Kupang sangat penting dan
relevan, untuk memotivasi dan mengedukasi masyarakat antikorupsi.
“Sangat jarang ada film NTT tentang patah hati, saya setiap tahun nonton 70
-80 film pendek,” Pungkasnya. (iir)