Gelombang Besar Unjuk Rasa Sebabkan Prancis dan Inggris Krisis Energi

by
Unjuk rasa di Prancis memanas, menyebabkan krisis energi. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, PARIS – Gelombang besar-besaran unjuk rasa telah menguncang dua negara di Eropa. Prancis dan Inggria. Unjuk rasa ini menyebabkan krisis energi di dua negara itu.

Dilansir Reuters, pemogokan di Prancis telah dilakukan selama dua pekan. Ini pun terjadi di beberapa kilang minyak Prancis. Akibat hal ini, produksi di Kilang Normandy dan Feyzin dipotong. Selain itu, pengiriman dan distribusi dari kilang Donges dan La Mede juga telah diblokir.

Perlu diketahui, mogok terjadi akibat proposal Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. Ini menambah jumlah tahun kerja yang diperlukan untuk mengeklaim pensiun penuh sedang diperdebatkan di senat Prancis.
Hal serupa juga terjadi di Inggris. Lusinan anjungan minyak dan gas di Laut Utara Inggris disebut akan terganggu dalam beberapa pekan mendatang setelah 1.400 pekerja lepas pantai di lima perusahaan kontraktor yang tergabung dalam serikat kerja Unite, memilih untuk memulai pemogokan untuk menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik.
“Aksi industri diperkirakan akan melanda platform perusahaan besar yang beroperasi di Landas Kontinen Inggris termasuk BP, Shell, TotalEnergies, CNRI, EnQuest, Harbour Energy, dan Ithaca Energy,” kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan yang dikutip Oil Price, Selasa, (21/3/2023).
“Unite, yang anggotanya akan mengambil tindakan di perusahaan yang menikmati keuntungan yang memecahkan rekor, memperkirakan bahwa anjungan dan instalasi lepas pantai akan ‘macet’ karena peran khusus yang dilakukan anggotanya.”
Laut Utara merupakan salah satu titik produksi minyak dan gas terbesar di dunia. Ladang, yang mayoritas masuk wilayah Inggris dan Norwegia, sangat penting bagi Eropa untuk mengganti pasokan minyak dan gas Rusia.
“Aksi pemogokan diatur untuk menghantam berbagai anjungan minyak dan gas di lepas pantai Inggris mulai 29 Maret hingga 7 Juni dalam serangkaian penghentian selama 24, 48, dan 72 jam.”
Pemogokan ini sendiri telah menekan pasar minyak Eropa. Apalagi, Eropa telah memutuskan untuk mengalihkan kebutuhan minyak dan gasnya dari Rusia pasca perang di Ukraina.
Impor solar dan gas Prancis misalnya, telah turun menjadi 173.000 barel per hari (bpd) sejauh bulan ini. Ini turun 50% dari Februari dan dari Maret 2022, menurut data awal dari grup analitik Kpler.
Prancis diketahui memproses sekitar 1 juta barel minyak mentah per hari pada bulan Januari, sekitar 8,4% dari total produksi Eropa, menurut Badan Energi Internasional.
Menurut analis minyak mentah Kpler, Johannes Rauball, penurunan impor ini terjadi lantaran melemahnya daya beli masyarakat Prancis untuk pembelian minyak baru. Mereka sejauh ini mulai mengandalkan pasokan cadangan.
“Penurunan impor membuat negara bergantung pada persediaannya, dengan stok minyak mentah turun 11% sejak Februari,” kata Rauball. (Kds)