Gelar Aksi Unjuk Rasa Tolak Penambangan, Warga Sanghie Minta Kementerian ESDM Patuhi Putusan PTUN Manado

by
Warga pulai kecil Sangihe gelar aksi unjuk rasa menolak penambangan di wilayahnya. (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Warga pulau kecil Sangihe, Sulawesi Utara, pada Kamis (7/7/2022), menggelar aksi unjuk rasa di dua tempat, yakni depan Gedung Dirjen Minerba ESDM dibilangan Tebet dan di Kedubes Kanada, Setiabudi, Jakarta Selatan, sebagai penolakan terhadap perusahaan tambang.

Berdasarkan pantauan media, dalam aksi unjuk rasa di Kantor Ditjen Minerba, Tebet, Jakarta Selatan, massa aksi selain melakukan orasi, juga membawa sejumlah sepanduk dan poster yang antara lain bertuliskan ‘Imvestasi Bari Gold Corp Asal Kanada, Ancam Keselamatan Warga Kepulauan Sqngihe’, ‘Save Sangihe Island’, dan ‘Sangihe Pulau Kecil Tidak untuk Ditambang, Hentikan dan Cabut Izin PT. TMS !’

Salah satu anggota Safe Sanghie island (SSI), Juli Takaliauang dalam orasinya menuntut Kementerian ESDM mengikuti putusan PTUN Manado yang membatalkan izin lingkungan perusahaan tambang tersebut. Sangihe, kata dia adalah pulau kecil, tidak bisa ditambang.

“Kami bergantung pada ikan, kami bergantung sebagai nelayan, kami bergantung pada hasil bumi, ada cengkih, ada pala, ada kopral, makanan kami sagu. Ketika air akan dipakai untuk mengolah emas berarti kami akan mengelola sagu dengan air beracun,” ucapnya.

Juli juga meminta jangan racuni kehidupan warga dengan operasi tambang di Sangihe. Karena pulaunya yang kecil dengan terbatasnya sumber air.

“Pakai hati Bapak, pakai pikiran Bapak. Kalau itu terjadi pada keluarga Bapak, kalau itu saudara Bapak, kalau itu kampung Bapak, tentu Bapak punya sikap seperti kami,” lanjutnya.

Sedang dalam aksi unjuk rasa di depan. Kedubes Kanada, mereka meminta perwakilan pihak Kedubes bersedia menemui para demonstran. Malah pihak demonstran, sebagaimana disampaikan petugas kepolisian justru diarahkan untuk membuat surat melalui Kemenlu untuk memediasikan antara pihak masyarakat dengan pihak Kedutaan Kanada.

Mendengar hal tersebut, massa aksi kemudian marah dan melontarkan kata-kata kasar serta makian.

“Jadi kalau saat ini kami datang jauh-jauh dengan uang puluhan juta tidak gampang bagi kami. Bagi kami, tanah kekayaan Sangihe itu adalah warisan untuk anak cucu kami bukan untuk bangsa asing, camkan dengan baik itu. Kami warga Kepulauan Sangihe tidak terima diperlakukan seperti binatang!” ucap seorang orator. (Jimmy)