Waspada! BPS Merilis Tingkat Inflasi Melonjak Tinggi

by

BERITABUANA.CO, JAKARTA  – Inflasi Indonesia kembali melonjak pada Februari 2023. Inflasi kelompok bahan makanan bahkan melesat hingga di atas 7%.

Badan Pusat Statistik (BPS), dalam keterangan persnya, Rabu (1/3/2023), menunjukkan inflasi pada Februari 2023 tercatat 5,47% (year on year/yoy). Inflasi jauh di atas pada Januari 2023 yang tercatat 5,28%(yoy).

Artinya, secara bulanan (month to month/mtm), inflasi pada Februari menembus 0,16%.  Inflasi memang melandai dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat 0,34%.

Namun, inflasi (mtm) pada Februari tahun ini jauh di atas rata-rata. Dalam delapan tahun sebelumnya (2015-2022), rata-rata inflasi Februari (mtm) hanya 0,03%.

Pada periode tersebut bahkan terjadi deflasi empat kali yakni pada Februari 2015, 2016, 2019, dan 2022

Inflasi pada Februari dipicu oleh komponen bahan makanan. Inflasi pada bahan makanan tercatat 7,39% (yoy) dan 0,27% (mtm).

Di antara bahan pangan yang berkontribusi besar terhadap inflasi adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam, ikan segar, cabai merah, tahu dan bawang merah.

Sementara itu, bahan pangan yang harganya turun adalah daging ayam dan tomat.

Jika dilihat dari komponen, inflasi bergejolak yang didominasi oleh pangan juga menembus 7,62% (yoy) atau tertinggi sejak September 2022.

Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah mencapai 0,14% (mtm) dan 12,24% (yoy). Inflasi inti tercatat 0,13% (mtm) dan 3,09% (yoy).

Beras masih menjadi penyebab inflasi Februari 2023 dengan andil hingga 0,32%.  Merujuk pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga beras menembus Rp 13.200 atau level tertinggi yang pernah dicatat oleh PIHPSN.

Pada Senin (27/2/0223), harga beras 1 kg dibanderol Rp 13.200 atau melonjak 2,32% sebulan.

Rata-rata harga beras dijual pada harga Rp 13.092/kg pada Februari atau lebih mahal 2,5% dibandingkan pada Januari 2023.

Kenaikan harga beras akan melambungkan inflasi mengingat bobot beras dalam perhitungan inflasi terbilang besar yakni 3,33%.

Inflasi Indonesia diyakini akan melonjak pada Maret 2023 seiring datangnya Ramadhan. Curah hujan yang masih tinggi juga bisa melambungkan inflasi bulan ini.

Panen raya memang akan terjadi akhir Februari-Maret tahun ini dan diharapkan bisa menekan harga bahan pangan, terutama beras.

Namun, curah hujan yang tinggi dan faktor musiman Ramadhan diperkirakan lebih dominan dalam menggerakkan inflasi Maret 2023.

Pada minggu-minggu terakhir Februari, kita masuk masa panen dan akan berlangsung hingga Maret ini akan tetapi pada saat yang sama curah hujan masih tinggi.

“Pengalaman menunjukkan cuaca berpengaruh pada masa panen,” tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).

Dalam catatan BPS, cuaca ekstrem terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dengan curah hujan tinggi melampaui 50 mm per hari (Hujan Lebat) pada minggu terakhir Februari 2023.

Bencana Banjir Terjadi banjir yang merendam sawah di beberapa wilayah selama Februari 2023, seperti di Mojokerto, Enrekang, Bontang, Sumbawa, dan beberapa wilayah lainnya.

Jika hujan deras terus mengguyur maka panen baik padi atau sayur mayur akan terganggu. Jalur distribusi juga bisa terganggu karena banjir.

Padahal, Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada 23 Maret. Jika logistik terganggu dan pasokan bahan pangan terbatas maka harga-harga akan semakin melambung menjelang Ramadhan.

Kondisi tersebut bisa membuat pengalaman buruk tahun lalu terulang.

Sebagai catatan, Ramadhan 2022 jatuh pada 3 April. Pada periode tersebut, masyarakat Indonesia tengah dihadapkan pada kenaikan bahan pangan seperti minyak goreng hingga telur. Inflasi April pun terbang 0,95% (mtm) pada April 2022.

Secara historis, inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri karena melonjaknya permintaan barang dan jasa.

Tidak hanya sembako yang naik, tarif angkutan udara hingga angkutan antar kota juga biasanya naik menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi pada bulan Ramadhan hampir selalu di atas 0,5% (mtm). Pengecualian terjadi pada 2020 dan 2021 di mana penyebaran pandemi Covid-19 masih kencang.

Pada 2020, umat Islam menjalani ibadah puasa Ramadhan di awal 24 April 2020, atau sebulan setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Pembatasan mobilitas dan pelemahan daya beli membuat inflasi bulanan pada April hanya tercatat 0,08% (mtm) dan di Mei 0,07%(mtm).

Pada tahun 2019, Ramadhan jatuh pada 6 Mei. Inflasi pada Mei 2019 tercatat 0,68% (mtm) dan 0,55% (mtm).

Lonjakan inflasi Ramadhan dan Hari Raya yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, awal Ramadhan jatuh pada 10 Juli dan Hari Raya Idul Fitri pada 8 Agustus. Inflasi bulanan pada Juli 2013 menembus 3,29% (mtm)  dan Agustus sebesar 1,12%(mtm).Selain karena kenaikan harga sembako, lonjakan inflasi dipicu oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni.
Sumber: CNBC Indonesia