Falsafah Pancasila Penting Diterapkan dalam Bermedsos

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Cerdas dan Bijak Ber-internet: Pilah-Pilih Sebelum Sebar" . (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Sistem keamanan di internet sebagai produk manusia tentu ada celah kelemahannya. Karena itu, sangat penting cerdas dan bijak dalam berinternet, serta pilah-pilih sebelum menyebarkan konten di media sosial.

Penulis dan Direktur Langgar.co Irfan Afifi mengatakan, berperilaku dan berekspresi di ruang digital harus dipandu oleh nilai-nilai kemanusiaan. Seperti kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang sebenarnya sudah termuat dalam Falsafah Pancasila.

“Berperilaku yang mengukuhkan persatuan dan kesatuan Bangsa berdasar Bhinneka Tunggal Ika,” kata Irfan dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Cerdas dan Bijak Ber-internet: Pilah-Pilih Sebelum Sebar” pada Jumat (4/11/2022).

Irfan mengingatkan, setiap kebebasan, baik saat offline maupun online, punya
tanggung jawab. Setiap kebebasan juga tidak boleh melanggar, mengurangi, mencederai hak dan perasaan orang lain.

“Setiap kebebasan berbicara, berekspresi, dan menyampaikan informasi di ruang lain harus menakar prinsip hak dan tanggung jawab,” tegasnya.

Bagi Irfan, budaya bangsa Indonesia telah mewariskan nilai-nilai baik yang bisa digunakan untuk diterapkan di ruang digital.

Di mana, bangsa Indonesia dikenal bangsa yang ramah dan toleran, suka bertepa-selira (tenggang rasa), suka bermusyawarah tidak
menang-menangan.

“Menyukai kerukunan dan keguyuban (persatuan). Mewarisi nilai-nilai luhur untuk memanusiakan orang lain,” ujar Irfan.

Ia menilai, ukuran mudah apakah perilaku masyarakat Indonesia sudah cerdas dan bijak, bisa dilihat dengan tidak menyebarkan hate speech, tidak menyebar hoaks, tidak menyerang orang lain, menjaga privasi.

“Bertutur kata sopan, timbang sebelum share, komentar, menulis, dan mengupload konten,” paparnya.

Athif Thitah Amithuhu, Kurator Naskah di ceritasantri.id menambahkan, dalam ruang digital kita akan berinteraksi, dan
berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Interaksi antar budaya dapat menciptakan standar baru tentang etika

“Dengan media digital setiap warganet berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya,” kata Athif.

Untuk itu, segala aktivitas serta segala yang menggunakan media digital, memerlukan etika digital.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata
di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata Athif.

Sementara Eka Y Saputra, Programmer & Konsultan IT Lesbumi PBNU, menyarankan untuk meningkatkan kompetensi literasi digital terkait netiket.

Yaitu, kompetensi mengakses informasi sesuai netiket di platform digital, kompetensi menyeleksi dan menganalisis informasi saat berkomunikasi.

“Kompetensi memahami netiket sebagai upaya membentengi diri dari tindakan negatif di platform digital,” kata Eka.

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.