Jika Tak Ingin Reputasi Rusak, Jejak Digital Penting Dijaga

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Jejak digital di masa kini dinilai cukup menyeramkan alias kejam. Alasannya karena jejak digital bisa merusak reputasi seseorang, apalagi jika hal itu buruk dan sensitif. Untuk itu, penting mengelola dan menjaga jejak digital agar tetap positif.

Direktur DOTstudios.ID Akhmad Nasir menyampaikan, jejak digital itu beragam bentuknya. Baik data yang dibuat dan ditinggalkan saat menggunakan perangkat digital, juga situs web yang dikunjungi, email, komentar di medsos.

“Termasuk foto yang kita unggah, transaksi kita pada situs atau platform belanja daring, dan segala informasi yang kita kirimkan ke berbagai layanan daring, penting dijaga,” kata Akhmad dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital” pada Senin (10/10/22).

Akhmad menerangkan, ada dua kategori dari jejak digital. Pertama, jejak digital pasif yaitu, data yang ditinggalkan secara daring dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.

“Tercipta saat kita mengunjungi situs web tertentu dan server web mungkin mencatat alamat IP kita, yang mengidentifikasi penyedia layanan Internet dan perkiraan lokasi. Aspek yang lebih pribadi dari jejak digital adalah riwayat penelusuran kita, yang disimpan oleh beberapa mesin telusur saat kita masuk,” kata Akhmad.

Kedua, jejak digital aktif, ialah data yang dengan sengaja dikirimkan di internet atau platform digital lainnya. Contoh, mengirim email, mempublikasikan di medsos.

Menurut dia, jejak digital aktif dapat mempengaruhi berbagai hal, seperti ketika mau melamar pekerjaan baru. Sebab, perusahaan saat ini gemar melihat profil medsos calon pekerjanya, sehingga pengguna perlu untuk berhati-hati dalam mengelola jejak digital aktif ini.

“Jaga rekam jejak digital karena sangat mempengaruhi reputasi kita. Tidak ada yang aman 100% di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin,” pesan Akhmad.

Menurut Dosen Ilmu Komunikasi UGM Zainuddin Muda Z. Monggilo, literasi digital adalah kunci hidup di era perkembangan teknologi saat ini. Karena, tantangan di ruang digital semakin besar, konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat.

“Dengan literasi digital kita minimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif,” ujar Zainuddin.

Zainuddin menguraikan, literasi digital sering didefinisikan sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital (dimensi teknologis). Namun, tidak saja mampu mengoperasikan berbagai perangkat digital, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

“Kita tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkanpenggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,” papar Zainuddin. Penggunaan media sosial bisa jadi baik dan buruk tergantung pada penggunanya.

Sementara itu, Ketua Umum LESBUMI PBNU M. Jadul Maula, mengungkapkan akan tantangan budaya digital tanpa kecakapan yang benar, bertanggung jawab dan berbudaya. Sebab, teknologi digital bisa menjadi faktor perusak bangsa dan karakter manusianya.

“Bagaimana melalui teknologi digital kita menjadi lebih memahami, mengamalkan dan mewujudkan Nilai-Nilai PANCASILA dan Tujuan Kebangsaan Kita sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945,” kata Jadul. (Kds)

 

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.