Pengguna Internet Diimbau untuk Hati-hati Terhadap Hoaks

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Menjadi Pejuang Anti Hoaks". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Di era makin majunya perkembangan dunia digital ditandai dengan menjamurnya informasi, tak terkecuali maraknya kabar bohong alias hoaks. Dampaknya, masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar tersebut.

Ketua Umum LESBUMI PBNU M. Jadul Maula menjelaskan, hoaks adalah berita bohong, informasi yang dipalsukan, melenceng dari kebenaran.

“Hoaks dibikin oleh orang yang tidak bermoral, tidak bertanggung jawab dan tidak berbudaya,” tegas Jadul dalam diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Menjadi Pejuang Anti Hoaks” pada Selasa (8/11/22).

Menurut Jadul, hoaks mempunyai tujuan yaitu memperkeruh suasana, mengalihkan isu, mengadu domba, menciptakan permusuhan dan pertikaian, bahkan peperangan yang menghancurkan

Untuk itu, Ia berpesan agar berhati-hati terhadap hoaks. Caranya, hati-hati dengan judul provokatif, cermati alamat situs, periksa fakta, cek keaslian foto.

“Ikut serta dalam grup diskusi anti hoaks, laporkan berita/informasi hoaks, hentikan dan hindari berita/info hoaks, jangan produksi info hoaks,” pesan Jadul.

Sementara, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik Surakarta Supawi Pawenang menilai, kenikmatan bermedia sosial itu seperti dua sisi mata pisau. Satu sisi ada kenikmatan digital, sisi lainnya lagi lain ada “hantu-hantu digital, vaitu konten-konten negatif yang membahayakan bagi kehidupan.

“Oleh karenanya berinternet perlu netket atau tata krama dalam berkomunikasi di internet,” kata Supawi.

Terkait hoaks, Supawi mengklasifikasikannya sebanyak tujuh macam. Ada satir/parodi: tidak ada niat jahat, namun bisa mengecoh, false connection: judul berbeda dengan isi berita, misleading content: konten dipelintir untuk menjelekkan.

Kemudian, imposter content: tokoh publik di catut namanya, manipulated content: konten yang sudah ada, diubah, untuk mengecoh, dan fabricated content: 100% konten palsu.

Adapun ciri-ciri hoaks, mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan, sumber berita tidak jelas.

“Hoaks di media sosial biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu,” ujarnya.

Bagi dia, sudah saatnya pengguna teknologi digital untuk membangun Hakikat Kemanusiaan yang cerdas, kreatif, berbudaya, dan beretika. Salah satunya menghindari hoaks.

Pemanfaatan teknologi digital agar berdayaguna membutuhkan Kecerdasan Beretika digital, yang ditandai dengan secara sadar, bertanggung jawab, berintegritas.

Serta menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri. “Kemudian berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi, dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital,” ucap Supawi.

Heru Prasetia, Koordinator Media dan Publikasi Seknas Jaringan GUSDURian menambahkan, sangat penting cakap dalam bermedia gigital.

Kecakapan dalam mesin pencarian informasi ditandai dengan kemampuan mengetahui dan memahami cara mengakses macam-macam mesin pencarian informasi yang tersedia.

“Kita diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama,” kata Heru. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.