Berikut Tips Mencegah Cyber Bullying

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Mencegah Perundungan di Dunia Maya". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Akses internet kini menjadi kebutuhan dasar semua manusia. Karena, lewat internet beragam manfaat didapatkan mulai sarana komunikasi hingga mendapatkan informasi. Namun sisi lain dari penggunaan internet adalah fenomena perundungan di dunia maya (cyberbullying) yang kian marak.

Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Bevaola Kusumasari menjelaskan, cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran.

“Perundungan ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, dan platform bermain game,” kata Bevaola dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Mencegah Perundungan di Dunia Maya” pada Rabu (5/10/22).

Bevaola mencontohkan cyberbullying, yaitu berupa penyebaran kebohongan tentang seseorang atau memposting foto memalukan tentang seseorang di medsos.

Juga mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting, menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar medsos, memposting sesuatu yang memalukan/menyakitkan. Termasuk meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka.

“Trolling – pengiriman pesan yang mengancam atau menjengkelkan di jejaring sosial, ruang obrolan, atau game online, dan lain sebagainya,” tutur Bevaola.

Bevaola juga menerangkan tentang perbedaan antara lelucon/candaan dengan bullying. Jika kita merasa terluka atau berpikir sepertinya mereka ‘menertawakan kita’ bukan ‘tertawa bersama kita’, maka lelucon atau candaannya mungkin sudah terlalu jauh.

“Jika itu terus berlanjut, bahkan setelah kita meminta orang itu untuk berhenti dan kita masih saja merasa kesal tentang hal itu, maka yang terjadi adalah bullying,” tuturnya.

Dampak cyberbullying bagi korban, secara mental-merasa kesal, malu, bodoh, bahkan marah. Adapun secara emosional, merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai.

“Secara Fisik, lelah (kurang tidur), atau mengalami gejala seperti sakit perut dan sakit kepala,” ungkapnya.

Orang yang mengalami cyberbullying, tutur Bevaola, umumnya menunjukkan ciri-ciri depresi, memiliki masalah kepercayaan dengan orang lain, tidak diterima oleh rekan-rekan mereka, selalu waspada dan curiga terhadap orang lain (kekhawatiran berlebih).

“Memiliki masalah menyesuaikan diri dengan sekolah. Kurang motivasi sehingga sulit fokus dalam mengikuti pembelajaran,” paparnya.

Sedangkan dampak bagi pelaku, cenderung bersifat agresif, berwatak keras, mudah marah, impulsif, lebih ingin mendominasi orang lain, kurang berempati, dan dapat dijauhi oleh orang lain.

Dan, dampak bagi yang menyaksikan (bystander), dapat berasumsi bahwa cyberbullying adalah perilaku yang diterima secara sosial.

Dalam kondisi ini, beberapa orang mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

Senada, Manajer ceritasantri.id Aina Masrurin menyarankan, jika terjadi cyberbullying sebaiknya segera cencari bantuan dari seseorang yang dapat dipercaya, seperti orang tua, anggota keluarga terdekat atau orang dewasa terpercaya lainnya.

“Di sekolah, kamu bisa menghubungi guru yang kamu percaya seperti guru BK, guru olahraga, atau guru mata pelajaran,” kata Aina.

Untuk mereka yang mengalami cyberbullying, Aina meminta untuk tetap tenang. Ambil napas dalam-dalam, jernihkan pikiran sehingga dapat membuat keputusan terbaik tentang siapa yang harus dihubungi dan apa yang ingin dikatakan kepada mereka.

“Jangan mendekati orang yang menindas Anda saat Anda sedang merasa kesal. Ceritakan kepada seseorang yang dapat Anda percata: Jika anda merasa diancam atau khawatir tentang keselamatan Anda, segera ceritakan kepada seseorang yang Anda percayai,” saran dia.

Jika bullying terjadi di media sosial, bisa memblokir akun pelaku dan melaporkan perilaku mereka di media sosial itu sendiri.

“Mengumpulkan dan menyimpan bukti-bukti untuk menunjukkan apa yang telah terjadi – misalnya seperti pesan dalam chatting dan screenshot postingan di media sosial,” ucap Aina.

Sementara itu, Koordinator Media dan Publikasi Seknas Jaringan GUSDURian Heru Prasetia juga memberikan tips yang harus dilakukan ketika di bully. Pertama, save atau simpan buktinya lapor ke orang dewasa.

Kedua, log off. Jika masih merasa tidak tenang setelah di log off, langsung uninstall. Ketiga, blok pesan dari yang membully. “Ga usah direspon,” kata Heru. Terakhir, ajak bicara orang yang dapat dipercaya.

Heru mengingatkan, tidak ada yang aman 100% di dunia digital, yang bisa dilakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin.

“Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital. Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet. Hindari cyberbullying dengan melibatkan orang yang kita percaya,” ujar Heru. (Kds)

 

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.