Baca di Tebet, Perpustakaan Paradigma Baru Dengan Nuansa Klasik Nan Estetik

by
Perpustakaan Baca di Tebet. (Foto: Istimewa)

Oleh: Ery Satria Dharma

PERPUSTAKAAN atau library, merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang merefleksikan perubahan yang terjadi dimasyarakat. Perpustakaan didefenisikan sebagai tempat buku-buku yang diatur untuk dibaca dan dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan. Istilah perpustakaan juga diartikan sebagai pusat media, pusat belajar, sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan.

Untuk perpustakaan modern, dengan paradigma baru, tidak hanya terbatas pada buku-buku, majalah, koran, atau barang tercetak printed matter lainnya. Tetapi juga tempat dimana orang-orang dapat berdiskusi satu sama lain, seperti perpustakaan yang memiliki nama unik, yakni ‘Baca di Tebet’ -yang diambil dari nama jalannya Tebet Barat Dalam Raya, No. 29, Jakarta Selatan. Kata ‘Baca’ dipilih oleh pendirinya Wien Muldian, alumni ilmu Perpustakaan FIB UI, bersama Kanti W. Janis ini, sebagai bentuk apresiasi poses kegiatan membaca dan mendapatkan pengetahuan, juga sebagai akses bagi masyarakat untuk belajar, membaca, menambah pengetahuan, meningkatkan kapasitas dan keterampilan tidak secara individual, melainkan kolektif.

Memang, Baca di Tebet masih terbilang cukup baru, dan bahkan resmi dibuka ke ruang publik pada awal tahun kemarin, tepatnya pada 20 Februari 2022, dan menerima antusiasme cukup besar dari para pecinta buku yang membutuhkan akses untuk buku bacaan. Tempat ini mengajak untuk orang akan tahu semua hal, tapi lebih memahami pengetahuan menjadi miliknya. Bagian meningkatkan kapasitas dirinya. Jadi tempat ini membangun orang punya spesialisasi pada pengetahuan tertentu. Dan ketika seseorang punya pengetahuan dan spesiali tertentu, yang dia miliki wajib dia berbagi pengetahuannya kepada orang lain.

Ruang Pikir di Perpustakaan Baca di Tebet. (Foto: Istimewa)

Saat ini Baca di Tebet memiliki 20 ribu koleksi buku dan 4.000 buku diantaranya sudah dikategorikan. Baca di Tebet dihadirkan bukan hanya sebagai perpustakaan saja, tetapi juga sebagai tempat dimana orang-orang dapat berdiskusi satu sama lain. Juga bukan hanya tempat membaca biasa, karena ada filosofi mendalam yang diyakini pendirinya yakni Wien Muldian maupun Kanti W Janis, tentang buku dan literasi. Filosofi tidak hanya sebagai perpustakaan saja, tetapi juga sebagai ruang temu. Baca di Tebet pun mengadakan berbagai program dengan tujuan sebagai upaya untuk membentuk budaya literasi di masyarakat. Program yang diberikan adalah Klub Menulis; Klub Baca; Digital Storytelling; Fact and Check; Alat Musik Tradisional; Kerja sama dengan komunitas atau penulis (peluncuran buku, konferensi pers); Program lainnya.

Untuk masuk ke perpustakaan yang berlokasi di jalan Tebet Barat Dalam Raya, No. 29, Jakarta Selatan ini, wajib menjadi anggota terlebih dahulu. Jika sekiranya akan jarang berkunjung ke sini, bisa membayar biaya harian sebesar 35 ribu rupiah. Untuk biaya langganan atau anggota perpustakaan dkenakan biaya sekitar 100 ribu perbulan.
Ada tiga pilihan keanggotaan, Anggota Tahunan: Rp 800.000,00/tahun untuk umum dan Rp 600.000,00/tahun untuk pelajar umur 12 tahun — S2; Anggota Bulanan: Rp 100.000,00/bulan; Anggota Harian: Rp35.000,00/kedatangan

Untuk anggota tahunan dan bulanan, bisa datang kapan pun tapi tetap membuat reservasi dahulu sebelum kedatangan. Untuk membatasi juga karena masih dalam situasi pandemi. Sewaktu uji coba lalu, nantinya anggota akan bisa dapat berita-berita terlebih dahulu dan akan ada acara-acara khusus anggota. Mungkin bisa dipikirkan dulu kamu lebih cocok yang mana. Setiap pengunjung wajib menitipkan tas di loker dan akan mendapatkan tas bening untuk membawa barang-barang yang diperlukan.

Di perpustakaan ini terdapat 4 ruangan. Diantaranya yaitu Ruang Temu, Ruang Baca, Ruang Berpikir, dan Ruang Karya. Kita bisa membawa makanan dan minuman hanya di Ruang Temu, dan disediakan juga air mineral untuk mengisi ulang botol minum. Bukan hanya itu, jika pengunjung merasa lapar, di lantai bawah terdapat Makan di Tebet (caf), dan di lantai atasnya terdapat Baca di Tebet (perpustakaan).

Perpustakaan di lantai atas terbagi menjadi beberapa ruangan. Jika menaiki anak tangga terakhir, pengunjung langsung disapa berhadapan dengan Ruang Utama yang disebut Ruang Temu Roy B.B. Janis. Selain diperuntukkan sebagai tempat baca, pengunjung di ruangan ini diperbolehkan makan, minum, berdiskusi, bahkan bermain musik dan bernyanyi. Sedang bagi pengunjung yang membutuhkan ketenangan, lantai atas juga menyediakan dua ruangan yang terpisah dengan Ruang Temu, yaitu Ruang Baca dan Ruang Pikir. Di dua ruangan ini, pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman, kecuali air mineral. Ruang baca menyediakan meja dan kursi yang berhadapan langsung dengan jendela, cocok bagi pengunjung yang membutuhkan working space.

Di dekat ruang baca, terdapat ruang karya yang kedap suara. Ruangan ini hanya bisa digunakan melalui reservasi, cocok untuk dijadikan tempat memproduksi podcast oleh komunitas-komunitas. Ruang-ruang di Baca di Tebet. juga terbuka untuk sewa jika komunitas tertentu yang ingin menggelar suatu acara. Rak-rak buku di perpustakaan ini hampir seluruhnya tinggi-tinggi, bahkan disediakan pula tangga di dekat rak sehingga memudahkan pengunjung yang ingin mengambil buku di barisan paling atas.

Yang unik, dinding ruang pikir dikelilingi oleh rak tinggi yang penuh terisi buku, membuat pengunjung betah berkat nuansa hangat yang dihadirkan. Dengan nuansa perpustakaan yang klasik nan estetik, akan membuat pengunjung merasa nyaman dan cocok untuk mengabaikan moment membaca buku di ‘Baca Buku di Tebet’. Bukan hanya nyaman, Baca di Tebet juga instramable loch, jadi asik banget pastinya jika kalian ingin membaca koleksi atau igin mengikuti kegiatan literasinya. ***