Lewat Lomba, PBNU Dorong Inovasi Pembelajaran Kitab Kuning

by
Sambut Hari Santri 2023 RMI PBNU gelar grand final perlombaan qawaid fiqhiyyah, syair nadham bahasa Arab, dan mengajar kitab kuning. (Foto: LTN PBNU)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menggelar grand final perlombaan qawaid fiqhiyyah, syair nadham bahasa Arab, dan mengajar kitab kuning dalam rangka menyambut Hari Santri 2023 di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev mengatakan, RMI PBNU bukan saja mengadakan lomba membaca tetapi lebih dari itu, yakni menggelar lomba mengajar kitab kuning. “Ini tentu satu tingkat lebih tinggi dari lomba-lomba di luar komunitas Nahdlatul Ulama,” tuturnya saat memberikan sambutan pembukaan lomba.

Ditegaskan, dalam hal ini bukan hanya untuk menunjukkan lebih maju, tetapi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf berpikir, penyelenggaraan lomba mengajar kitab kuning akan mendorong adanya inovasi-inovasi baru. Terutama, ujarnya, soal bagaimana pembelajaran kitab kuning ini bisa lebih cepat, lebih mudah.

“Sehingga akan semakin banyak santri yang memiliki kemampuan membaca kitab kuning,” jelasnya,

Peserta terbaik dari tiap-tiap lomba dijadwalkan akan diumumkan pada Kamis (19/10/2023) sore. Para pemenang yang terpilih akan berangkat bersama-sama ke Surabaya, Jawa Timur dalam rangka perhelatan Acara Puncak Hari Santri 2023 dan menghadiri pengumuman pemenang lomba di sana.

Sementara itu, untuk pemenang tiga lomba lainnya yakni lomba melukis digital wajah kiai, lomba fotografi pesantren, dan lomba film pendek dijadwalkan akan diumumkan pada Jumat (20/10/2023).

Untuk diketahui, sebanyak 288 peserta mendaftar lomba Qowaidul Fiqhiyyah. Dari jumlah tersebut, 10 peserta terbaik berhasil lolos ke babak final. Sedangkan, pada lomba mengajar kitab kuning, terdapat 10 peserta yang lolos ke babak final dari 155 orang pendaftar.

Berbeda dengan dua lomba sebelumnya, pada lomba syair nadham bahasa Arab, peserta yang lolos ke grand final hanya diambil lima terbaik dari 36 pendaftar.

Kiai Hodrie mengemukakan, lomba ini dipandang penting karena menjadi salah satu kerangka berpikir di lingkungan Nahdlatul Ulama. “Jadi cara berpikir secara fiqih dalam usaha-usaha menyelesaikan masail yang kita hadapi,” katanya.

Lomba ini, lanjutnya, digelar guna mendorong para santri, dan tentunya pesantren, dalam mempelajari kaidah-kaidah fiqih. “Dan tidak hanya menghafal dan memahami, tetapi juga bagaimana mendorong kemampuan menerapkan kaidah-kaidah yang dipelajari dalam memahami dan merespon masalah yang terjadi,” ujarnya.

Dengan begitu, RMI PBNU berharap adik-adik santri punya kemampuan memahami agama Islam tanpa perlu berkonflik dengan tradisi dan budaya lokal, Nusantara.

Sementara lomba mengajar kitab kuning dilaksanakan untuk mendorong inovasi dalam mengajar kitab kuning. “Kita menemukan banyak metode di banyak pesantren yang berusaha membimbing santri agar mampu membaca kitab kuning dengan baik dan benar,” ujarnya.

Oleh karena itu, lomba ini sebenarnya juga diharapkan menjadi kompetisi dan menunjukkan metode-metode yang berkembang di banyak pesantren. Adapun lomba syair berbahasa Arab diharapkan dapat membangun kembali kekayaan intelektual dan sastra yang pernah luar biasa dan sekarang kurang diminati. (*/Ful)