Etika Digital Hendaknya Jadi Panduan Berselancar di Dunia Medsos

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Menjadi Pengguna Internet yang Beradab". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kehadiran internet hendaknya dimanfaatkan sebagai sarana saling mendorong interaksi dan berkolaborasi secara positif, dengan tetap memperhatikan etika budaya ketika berselancar di internet.

Associate Professor – Administrasi Publik Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Dwiyanto Indiahono menyampaikan, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari.

“Menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital,” kata Dwiyanto dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Menjadi Pengguna Internet yang Beradab” pada Rabu (14/9/2022).

Menurut Dwiyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/9/2022), sangat penting para pengguna internet mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.

Termasuk juga menjaga jati diri bangsa dalam ruang budaya digital. Sebab, dunia digital kadang tak berbeda dengan budaya non digital.

“Digitalisasi Budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. Digitalisasi budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas,” kata Dwiyanto.

Koreografer sekaligus Guru Seni di Langgar.co Danu Anggada Bimantara menyatakan, teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif. Dan, pengguna Internet Indonesia mencapai 202juta pengguna.

Dia menilai, perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas. Masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi.

“Di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun. Diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital,” pesan Danu.

Bagi Danu, komunikasi adalah kunci literasi. Dalam suatu hubungan, baik itu antar pribadi (individu) maupun kelompok, komunikasi merupakan kunci dari semuanya.

“Dengan memahami maksud dari apa yang diinginkan oleh suatu pihak, maka akan mudah untuk memecahkan suatu permasalahan,” kata dia.

Meski di dunia internet, harus ingat bahwa yang diajak berkomunikasi adalah manusia. Untuk itu diperlukan pengendalian emosi, berkomunikasi dengan kesantunan.

“Menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas. Menghargai privasi orang lain. Menyadari posisi kita. Tidak memancing perselisihan,” tegas Danu.

Fasilitator Komunitas & Penggiat Advokasi Sosial/Staf Pengembangan Kapasitas di JALA PRT Ari Ujianto menambahkan, ruang digital adalah realitas baru yang seharusnya tidak merubah seseorang menjadi berbeda dari realitas di dunia nyata.

Ia memahami bahwa disrupsi teknologi digital yang berlangsung dengan sangat pesat mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat.

“Rendahnya literasi digital menyebabkan seseorang ter-individualisasi, sehingga berani melakuka hal-hal yang negatif, karena berlindung dibalik gadget,” kata Ari.

Kemudian, tingginya pengguna medsos di Indonesia ini akan meningkatkan penyebaran Hoax, konten negatid, pesan provokasi, dan ujaran kebencian, yang bisa menimbulkan konflik.

Untuk itu, tegas dia, tidak ada yang aman 100% di dunia digital, yang bisa dilakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin.

“Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet. Kita juga harus menjadi contoh dan pelopor yang baik dalam menggunakan media social,” pesan Ari. (Kds)

Catatan:
Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.