Sinergisitas Orang Tua dan Guru Bisa Sukseskan Program Kurikulum Merdeka Belajar

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Peran Orang Tua dalam Pendampingan Anak di Era Digital pada Kurikulum Merdeka". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pendampingan alias keterlibatan orang tua terhadap anaknya dalam proses belajar dengan kurikulum Merdeka sangat penting. Karena, proses belajar di era digital saat ini tidak cukup hanya diserahkan pada guru di sekolah.

Dosen Universitas Sriwijaya, Anang Dwi Santoso menerangkan, pertama yang perlu dilakukan para orang tua dalam kurikulum Merdeka ialah bersikap terbuka. Ia menilai, bagaimana pun pendidikan selalu berkembang dari zaman ke zaman.

“Metode pengajaran di masa lalu, tidak bisa diimplementasikan di zaman sekarang yang serba canggih. Jangan ragu untuk ikut belajar tentang sisi positif dari Kurikulum Merdeka,” kata Anang dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Peran Orang Tua dalam Pendampingan Anak di Era Digital pada Kurikulum Merdeka” pada Rabu (14/9/2022).

Menurut Anang, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/9/2022), kurikulum Merdeka ini dirancang oleh para ahli di bidang pendidikan dan menyesuaikan dengan perkembangan anak di zaman sekarang, terutama untuk mengatasi learning-loss setelah pandemi.

Orang tua memang perlu berantipati untuk sesuatu yang baru bagi anak, namun juga tidak boleh menutup diri.

“Cari sisi positif Kurikulum Merdeka Belajar dengan tetap bertekun mempelajari. Ikutilah perkembangan penerapan ini, sehingga bisa memberikan masukan juga ke pihak sekolah, sehingga akan dievaluasi dan menjadi semakin baik di kemudian hari,” tutur Anang.

Orang tua juga harus berwawasan kebangsaan yang Ber-Bhineka Tunggal Ika. Sebab, Indonesia memiliki aneka macam suku bangsa, agama, dan budaya yang berbeda-beda.

“Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus bisa menerima perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar kita,” ujarnya.

Kompetisi di zaman sekarang, lanjut Anang, tidak hanya di tingkat nasional, namun juga di kancah internasional. Karena itu, jangan sampai generasi bangsa lebih banyak menyibukkan diri dengan perselisihan-perselisihan hanya lantaran perbedaan.

Oleh sebab itu, pentingnya wawasan kebangsaan yang berbhineka tunggal ika dari orang tua, agar bisa ditanamkan kepada anak-anaknya.

Tujuannya agar kelak generasi muda lebih sibuk berkarya dan membuat prestasi yang bermanfaat, daripada sibuk mencari kelemahan dan menghakimi suatu perbedaan.

“Jangan pula menanamkan benih “tidak suka” pada anak, agar di dalam hati anak hanya ditumbuhi dengan rasa tenggang rasa, toleransi, menghormati, dan mengasihi sesama,” kata Anang mengingatkan.

Founder neswa.id/Pegiat Jaringan Gusdurian Rika Iffati Farihah menambahkan, kurikulum Merdeka sangat berbeda dari kurikulum sebelumnya. Pangkalnya, pembaruan pembelajaran diawali dengan perumusan profil pelajar sebagai acuan utama penyusunan capaian pembelajaran, konten/materi, metode pembelajaran, dan asesmen.

“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila,” kata Rika.

Rika juga menyampaikan peran yang patut dilakukan orang tua dalam pendampingan anak pada proses pembelajaran kurikulum Merdeka.

Pertama, tutur Rika, orang tua harus melek teknologi. Ia menerangkan, mengapa sekarang lembaga Kemendikbud berubah menjadi Kemendikbudristek? Mengapa namanya tidak lagi Kemendikbud saja?

Rika menyatakan, perubahan nama Kementerian ini memiliki alasan salah satunya karena pendidikan dan teknologi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan.

Sumber informasi dan pengetahuan bisa ditemukan di mana saja dan kapan pun. Produk-produk yang dikerjakan dan dihasilkan anak dalam proses belajar tidak hanya berwujud benda nyata atau “hard-copy”, namun juga bisa berwujud “soft-copy” yang bisa dibuat dan di simpan menggunakan perangkat komunikasi.

“Orang tua perlu menambah wawasan dalam berteknologi, agar bisa mendukung program pemerintah dalam men-sukseskan Kurikulum Merdeka Belajar, yang mana banyak memanfaatkan perangkat teknologi.

Kedua, kendati kurikulum ini bernama “Kurikulum Merdeka Belajar”, namun anak-anak harus tetap patuh pada norma, hukum, dan aturan yang sudah disepakati. Maka pendampingan orang tua sangat diperlukan, agar bisa membimbing, menasihati, dan membantu memberi solusi.
Apalagi anak-anak akan sangat akrab dengan perangkat teknologi yang sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh negatif.

“Pastikan anak menggunakan perangkat komunikasi untuk belajar dan membuat karya yang bermanfaat, dan tidak terpengaruh oleh kata-kata kurang sopan, adegan kekerasan, dan hal-hal yang tidak mengedukasi anak,” papar Rika.

Selanjutnya, orang tua melakukan komunikasi dengan pihak sekolah. Kurikulum Merdeka Belajar adalah sesuatu yang baru. Tentu saja seorang guru juga membutuhkan waktu untuk benar-benar bisa menerapkan kurikulum ini.

Guru tidak hanya membutuhkan pelatihan dan seminar namun yang tidak kalah penting adalah mengaplikasikan hasil pelatihan dan seminar yang pernah diikuti kepada anak didiknya.

Evaluasi dan diskusi antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan, agar Kurikulum Merdeka Belajar ini benar-benar bisa diterapkan dengan baik, dan bisa menunjukkan perkembangan kognitif, karakter, dan ketrampilan anak yang optimal.

“Jangan ragu pula untuk mengadakan seminar bersama orang tua tentang aplikasi Kurikulum Merdeka Belajar, agar ada kesinambungan pengetahuan antara pihak sekolah dan orang tua demi kesuksesan kurikulum ini bagi perkembangan anak didik,” ucap Rika.

Sementara itu, Staf Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran (STAISPA) Luqman Hakim Bruno menyampaikan, soal perubahan pola belajar generasi digital.

Di era digital sat ini, guru dan orang tua bukan lagi sumber utama pembelajaran. Guru/ortu lebih sebagai pendamping, bukan pendikte.

“Industrialisasi seringkali memangkas proses, maka mengajarkan pentingnya proses dan kesabaran sangat dibutuhkan. Ruang digital sering menjajakan kebebasan dan kemandirian, maka pergaulan langsung yang terkontol juga dibutuhkan,” kata Luqman. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.