Agar Tak Kebablasan, Pemuda Harus Lebih Cerdas dalam Penggunaan Internet

by
Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk "Menjadi Pemuda Cerdas Dalam Menggunakan Internet" secara virtual. (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengetahuan tentang efek positif dan negatif dari dunia digital sangat penting diketahui oleh para pemuda agar menjadi cerdas dalam memanfaatkan internet. Pangkalnya, tidak semua pengguna internet mampu mengontrol aktivitas dan hal-hal yang dibagikan di dunia maya.

Sinematografer Zahid Asmara menilai, dunia media sosial tidak sebatas media aktualisasi belaka. Tapi, dibutuhkan mitigasi budaya swamedia yang cerkas & cerdas dalam penggunaannya.

“Jangan sampai kebebasan berekspresi di internet kebablasan. Itu bisa menimbulkan kerkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan,” kata Zahid, dalam diskusi #MakinCakapDigital, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk “Menjadi Pemuda Cerdas Dalam Menggunakan Internet” secara virtual, Kamis (21/7/2022).

Menurut Zahid, menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital, sangat penting dilakukan. Nilai-nilai ini harus menjadi panduan karakter saat beraktivitas di internet.

Lebih lanjut, dia mengatakan, nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tungggal Ika sendiri dipaparkan dalam tiap sila. Sila pertama mengenai cinta kasih dan saling menghormati perbedaan di ruang digital, lalu sila kedua mengenai kesetaraan, sila ketiga harmoni mengutamakan kepentingan bersama. Sementara sila keempat memberi kesempatan setiap orang untuk berekspresi, dan sila kelima semangat gotong royong, bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis.

Sementara itu, Dosen Universitas Ahmad Dahlan Devi Adriyanti menerangkan, facebook, twitter, instagram, google plus, skype dan lain sebagainya adalah media yang disediakan untuk penggunannya. Survei internet APJII 2016, pengguna Internet mencapai 132 Juta

“Dari 132 juta pengguna media 30 jutanya adalah anak muda alias anak remaja,” kata Devi.

Berdasarkan kajian ilmu psikologi, menurut Devi, anak muda cenderung memiliki emosi labil, sensitive, reaktif kuat, dan temperamental (mudah tersinggung, marah dan sedih).

“Dalam kondisi diatas, sangat wajarlah pemuda sejatinya harus menjadi sosok yang mampu dijadikan figure teladan dalam bermedia. Namun sayangnya tidak
semua pemuda memiliki sifat seperti ini,” ungkap Devi.

Devi lantas mengingatkan akan dampat dari tidak cerdas berinternet. Ia menjelaskan, medsos bisa menjadi ajang pemecah belah masyarakat-pro dan kontra. Karena melihat keberhasilan orang lain atau teman sendiri.

Lebih parah lagi, medsos bisa menjadi penyebar informasi hoax dan actor penyesatan masyarakat, sehingga mengakibatkan kerugian

Untuk itu, Devi meminta agar pemuda menjadikan media sebagai tempat mendapatkan informasi dan menyebarkannya yang bermanfaat bagi
masyarakat. Peran ini berguna untuk mengimbangi sekaligus memerangi upaya sistematis penyebaran berita hoax yang disengaja oleh kelompok tertentu.

“Internet adalah anugerah teknologi, akan tetapi bisa menjadi bencana manakala teknologi ‘hanya bisa mengendalikan kita’ manusia, tanpa jiwa-jiwa yang beretika. Mari kita rayakan teknologi, kita hormati ilmu pengetahuan, kita dukung semua bentuk kemajuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia,” tegas Devi.

Narasumber lain, Ari Ujianto, seorang fasilitator komunitas & penggiat advokasi sosial, membeberkan, data dari We are Social Hootsuite (2022) per Februari, di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%).

Kemudian, survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 mengungkapkan bahwa dari tiga subindeks Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia yaitu akses dan infrastruktur, intensitas penggunaan, dan keahlian/kecakapan, subindeks keahlian yang memiliki skor paling rendah.

“Salah satu yang dinilai urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” ucap Ari.

Dia mengungkapkan, setiap mesin pencarian itu mempunyai kelebihan masing-masing, namun anak muda perlu memahami dan menguasai fitur-fitur yang penting dan dibutuhkan.

Misalnya google, memiliki waktu penyediaan informasi yang cepat, terkoneksi dengan pihak ketiga sehingga dapat menyediakan informasi lebih detail. Dan Yahoo, menyediakan informasi dalam berbagai jenis (gambar, foto, video, dan berita). Memiliki fitur news feed di halaman utama pencarian.

“Kita diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama,” tutup Ari.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media. (Kds)