BERITABUANA.CO, SUMENEP – Rofiatul Rofiah selaku influencer dan praktisi literasi digital mengatakan, di era serba digital saat ini, kesopanan atau kepribadian yang baik, lebih tinggi nilainya dari pada kecerdasan. Kepribadian yang dimaksud itu meliputi behavior, attitude, ahlak, perilaku, etika dan moral.
“Intinya adalah kemampuan kita dalam membedakan good or bad. Makanya ketika dalam bermedia sosal dan memanfaat kecanggihan digital, orang itu bukan saja harus pintar dalam bermedia sosial, tetapi juga cakap dan berahlak,” kata Rofiatul berbicara dalam acara Semiar dan Literasi Digital Pesantren bertajuk ‘Santri Sumenep, Makin Cakap Digital yang dilaksanakan oleh Kaukus Muda Indonesia atau KMI dan Kementerian Kominfo serta PC IPNU Kab. Sumenep, Jawa Timur, pada Selasa kemarin (19/7/2022).
Dikatakan Rofiatul bahwa orang cerdas pasti kalah dengan orang yang mempunya kepribadaian baik. Karenanya, generasi milenial, termasuk santri-santri pesantren tentunya dituntut untuk semakin cakap digital.
“Mengapa? Karena Your behavior is Your healthy (perilakumu adalah kesehatanmu), karena behavior akan menciptakan your healthy. Sekarang ini kita ada di era digital, maka untuk itu kesopanan lebih tinggi nilainya dari pada kecerdasan, orang cerdas pasti kalah dengan orang yang mempunya kepribadaian yang baik,” ujarnya lagi.
Bahkan, lanjut Rofiatul, jika para santri bisa memanfaat media sosial (medsos) dengan baik dan benar, maka akan menghasilakn cuan. Contohnya dalam membuat konten yang baik, bisa digunakan dengan hal yang positif. Contohnya membuat konten bahasa Inggris atau bahas Arab, untuk dibagikan kepada orang lain.
“Media sosial juga memiliki etika, yang mana fungsinya adalah untuk menghindari kesalahpahaman di media sosial dan tidak merugikan orang lain. Jadi jika Anda ingin membuat konten, anggap enteng dan lakukan jika bermanfaat. Tetapi jangan sebaliknya. Yang terakhir adalah untuk menghindari tabrakan,” sebutnya.
Sedang Novin Dwi Wacyu P, S.Kom., M.Si selaku Kepala Seksi Teknologi dan Persandian mewakili KaDinas Kominfo Sumenep, mengajak para santri pesantern untuk mengunakan teknologi dengan sebaik mungkin. Bukan justru membuat masyarakat menjadi resah.
Cara menggunakan teknologi masa kini, menurut dia adalah gunakan teknologi untuk hal-hal positif baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun komunikasi. Hendaknya kurangi penggunaan teknologi untuk hal-hal yang berbau negatif, seperti untuk mencela orang lain lewat sosial media atau untuk kejahatan.
“Jika Anda menyadari cara menggunakan teknologi untuk hal positif, maka sudah bisa dipastikan akan banyak manfaat yang bisa dirasakan, serta beragam kemudahan yang ditawarkan,” ujarnya.
Novin mengatakan, bahwa kecanggihan teknologi sudah selayaknya dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sebaiknya cara menggunakan teknologi ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Dan jika memang tidak terlalu dibutuhkan sebaiknya jangan menggunakan peralatan berteknologi canggih agar tidak sia-sia begitu saja.
“Karena tak dapat dipungkiri, dengan semakin berkembangnya teknologi, maka berbagai peralatan canggih pun banyak ditawarkan. Akan tetapi Anda perlu waspada dan perhatikan cara menggunakan teknologi yang benar. Batasilah penggunaan peralatan berteknologi agar tidak memberikan dampak buruk pada kesehatan Anda sendiri,” demikian saran Novin.
Bisa Dipandang Negatif
Sedangkan praktisi digital, Andilala mengakui kalau kemajuan teknologi bisa dipandang negatif, ketika membuat masyarakat menyepelekan komunikasi tatap muka. Mengapa? Karena terlalu banyak menghabiskan waktu di gawai, dikhawatirkan bisa menjauhkan diri dari orang-orang di sekitar.
“Kehadiran teknologi membuat kita terpapar pada banyak informasi baik dari dalam maupun luar negeri. Kita bisa melihat berbagai variasi mode dan gaya lewat majalah, tontonan, dan sosial media,” katanya.
Lanjut Andilala. tak jarang pakaian yang dikenakan bintang film dicontoh, bahkan menjadi tren di Indonesia. Bahkan tanpa disadari gaya hidup individu atau kelompok mulai berubah.
“Perubahan ini ada yang bersifat positif dan ada pula yang negatif. Contoh perubahan gaya hidup yang positif ialah rajin olahraga, menjaga pola hidup sehat, mengurangi konsumsi daging, dan lain sebagainya. Contoh perubahan gaya hidup yang negatif ialah penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dan lain sebagainya,” sebut dia. (Jimmy)