PM Inggris Boris Johnson Mundur dari Jabatannya, dan Mundur Sebagai Pemimpin Partai Konservatif

by
Boris Johnson. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, LONDON – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengundurkan diri sebagai pemimpin partai konservatif dan  Perdana Menteri Inggris.

Boris sebelumnya mendapatkan tekanan dari anggota partai konservatif, dimana sejumlah menteri mundur berjamaah sebagai bentuk rasa tidak percaya kepada Boris.

Mengetahui dengan lengkap kenapa Boris Johnson mundur, berikut pernyataan lengkap yang diungkapkan Johnson melalui pidato resminya yang disiarkan langsung BBC;

Sekarang jelas keinginan Partai Konservatif parlemen bahwa harus ada pemimpin baru partai itu dan oleh karena itu perdana menteri baru, dan saya telah setuju dengan Sir Graham Brady, ketua anggota parlemen backbench kami, bahwa proses memilih pemimpin baru itu harus dimulai sekarang dan jadwalnya akan diumumkan minggu depan.

Dan hari ini saya telah menunjuk sebuah kabinet untuk menjabat, seperti yang saya akan lakukan, sampai pemimpin baru itu ada.

Jadi saya ingin mengatakan kepada jutaan orang yang memilih kami pada 2019, banyak dari mereka memilih Konservatif untuk pertama kalinya: Terima kasih atas mandat yang luar biasa itu, mayoritas Konservatif terbesar sejak 1987, bagian suara terbesar sejak 1979.

Dan alasan saya telah berjuang begitu keras dalam beberapa hari terakhir untuk terus menyampaikan mandat itu secara pribadi bukan hanya karena saya ingin melakukannya, tetapi karena saya merasa itu adalah pekerjaan saya, tugas saya, kewajiban saya kepada Anda untuk melanjutkan apa yang kami janjikan di 2019.

Dan tentu saja, saya sangat bangga dengan pencapaian pemerintah ini: dari menyelesaikan Brexit hingga menyelesaikan hubungan kita dengan benua selama lebih dari setengah abad.

Merebut kembali kekuatan negara ini untuk membuat undang-undangnya sendiri di parlemen, membuat kita sepanjang pandemi, memberikan peluncuran vaksin tercepat di Eropa, jalan keluar tercepat dari penguncian, dan dalam beberapa bulan terakhir, memimpin Barat dalam menghadapi agresi Putin di Ukraina.

Perlu diketahui, negara Inggris sebelum diujung tanduk setelah lebih dari 50 menteri dan pejabat negara mengajukan pengunduran diri.

Hal ini akibat skandal pelecehan seksual Chris Pincher yang tetap diangkat sebagai Deputy Chief Whip. Posisi ini sangat penting untuk mengatur kontribusi partai di parlemen.

Johnson sempat berkukuh untuk melanjutkan pemerintahan. Namun demikian, posisi Johnson justru kian rapuh. Belum lama ini, dia menghadapi mosi tidak percaya di parlemen menyusul kandal ‘partygate’ yang menimpanya.

Dalam mosi tidak percaya tersebut, Johnson berhasil ‘lolos’. Namun, kepemimpinannya terus dipertanyakan. (Kds)