Soal Gelar Doktor HC Unnes, Agum: Sepak Bola Mulai Saat Nurdin Halid Pimpin PSSI

by
Agum Gumelar bersama Nurdin Halid (foto: Ist)

MANTAN ketua umum PSSI Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar menyatakan salut dengan sosok dan sepakterjang Nurdin Halid dalam membangun industri sepakbola di Indonesia. Karena itu, mantan Komandan Kopassus itu mengapresiasi gelar Doktor Honoris Causa Bidang Industri Olahraga yang diterima Nurdin Halid dari Universitas Negeri Semarang.

Hal itu dikatakan Agum Gumelar dalam video testimoninya terkait penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan Universitas Negeri Semarang kepada Nurdin Halid, di Gedung Prof. Wuryanto Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), beberapa hari lalu.

Dalam upacara penganugerahan itu, hadir sejumlah pejabat negara, termasuk Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Menpora Zainudin Amali.

Agum Gumelar yang memimpin PSSI periode 1998-2003 itu mengaku mengenal baik sosok
dan kiprah sukses Nurdin Halid membangun industri sepakbola, sejak menjadi manajer PSM Makassar hingga menjabat ketua Umum PSSI. Karena itu, Agum Gumelar menilai Nurdin Halid pantas mendapat penghargaan karena telah berperan penting dalam meletakkan pondasi industri olahraga sepakbola di Indonesia.

“Saya merasa bersyukur sekaligus berterima kasih kepada Universitas Negeri Semarang yang menganugerahi Nurdin Halid gelar Doktor Honoris Causa di bidang industri olahraga,” kata Agum Gumelar dalam video testimoni tokoh yang ditayangkan dalam upacara penganugerahan Doktor Honoris Causa kepada Nurdin Halid oleh Rektor Unnes, Prof. Dr. Fathur Rokhman. Tampak hadir juga dalam acara tersebut anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Sumitro dan mantan kapten PSM Makassar dan tim nasional PSSI, Bima Sakti.

Agum Gumelar mengatakan Nurdin Halid itu seorang ‘gila’ bola yang sukses. Saat menjadi manajer PSM Makassar, kata Agum, Nurdin Halid berhasil membawa Tim Juku Eja ke final Liga Indonesia tahun 1995/1996 dan juara tahun 2001. Mantan Menko Polhukam RI itu juga mengaku puas dengan kinerja Nurdin Halid ketika menjadi manajer Tim Nasional PSSI dan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PSSI.

“Saya mengenal baik kiprak sukses Pak Nurdin saat menjadi manajer PSM Makassar. Saya juga puas dengan kinerja beliau waktu saya memintanya menjadi manajer Tim Nasional dan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi. Dan, industri sepakbola di Indonesia justru dimulai saat Pak Nurdin Halid memimpin PSSI,” demikian Agum Gumelar yang juga mantan Menteri Perhubungan RI di masa Presiden Megawati Soekarnoputri.

Orang ‘Gila’ Bola

Dalam testimoni berdurasi 6 menit itu, Agum Gumelar bercerita tentang keberhasilan Nurdin Halid membawa klub PSM Makassar menembus final Liga Indonesia tahun 1995/1996 yang membuat seluruh masyarakat Sulawesi Selatan bangga. Hal itu terjadi karena di akhir musim Kompetisi 1994/1995 sebelumnya, PSM justru berada di papan bawah Wilayah Timur. Dan, Nurdin Halid sendiri baru pertama kali menangani klub sepakbola di musim 1995/1996 itu.

“Saya sampai mengajak Muspida seperti Gubernur Palaguna, Kapolda, Pangkoops, dan Ketua DPRD Sulsel untuk sama-sama ke Jakarta mendukung PSM bertarung melawan Bandung Raya di final. Meskipun hasilnya PSM kalah, kami semua bangga melihat tim yang dipimpin Pak Nurdin Halid memiliki spirit bertanding yang tinggi dan sportif,” Agum berkisah.

Kisah sukses menangani PSM itulah yang membuat Agum Gumelar ketika menjabat ketua umum PSSI, mengangkat Nurdin Halid menjadi manajer tim nasional. Sukses menangani tim nasional, Agum Gumelar kemudian mempromosikan Nurdin Halid menjadi Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PSSI yang membawahi semua kategori tim nasional sepak bola.

“Ketika saya menjadi ketua umum PSSI menggantikan Pak Azwar Anas, saya teringat kiprah Pak Nurdin waktu menangani PSM. Maka, saya pun mengajak beliau untuk menjadi manajer timnas. Kemudian berkembang, saya meminta beliau menjadi ketua bidang Pembinaan Prestasi PSSI. Walaupun timnas kita belum masuk level atas Asia, timnas kita sudah disegani di Asia dan beberapa kejuaraan tingkat ASEAN timnas kita keluar sebagai juara,” ujar Agum
Gumelar.

Ketika Agum Gumelar terpilih menjadi ketua umum KONI akhir tahun 2003, Nurdin Halid kemudian maju dalam Kongres PSSI untuk merebut kursi ketua umum. Dia bersaing dengan Menteri Tenaga Kerja RI Jacob Nuwawea dan anggota DPR yang juga tokoh sepakbola Jawa Tengah, Sumaryoto.

“Yang bersaing ketat, Pak Jacob dan Pak Nurdin. Dan, saya bersyukur karena akhirnya Pak Nurdin yang terpilih. Mengapa? Karena Pak Nurdin itu orang bola. PSSI harus dipimpin oleh orang yang mengerti sepakbola. Orang yang gila bola. Dan suatu kenyataan, di bawah kepemimpinan Pak Nurdin, Kompetisi sepakbola kita memiliki nilai jual yang tinggi. Jadi, awal berkembangnya industri sepakbola di Indonesia, itu adalah di zaman kepemimpinan Pak Nurdin,” demikian pengakuan Agum Gumelar.

Agum Gumelar juga menyatakan senang dan salut melihat kiprah Nurdin Halid di tiga bidang sekaligus dan semuanya mulai dari tangga terbawah. “Saya senang melihat bagaimana Pak Nurdin menggeluti berbagai bidang mulai dari bawah. Semuanya mulai dari bawah, sepak bola, koperasi, dan politik. Itu yang membuat saya salut dengan Pak Nurdin,” demikian Agum.

Di akhir testimoninya, Agum Gumelar menyampaikan ucapan selamat kepada Nurdin Halid atas gelar Doktor Honoris Causa yang diterimanya. Agum berharap, gelar kehormatan ini memotivasi Nurdin Halid untuk terus berkarya bagi masyarakat, bangsa, dan negara melalui tiga bidang yang digelutinya yaitu olahraga (sepakbola), koperasi, dan politik.

“Saya dan keluarga tentunya mengucapkan ‘Selamat’ kepada Pak Nurdin Halid atas anugerah ini. Saya sangat yakin, Pak Nurdin tidak akan mengecewakan kepercayaan dan kehormatan ini. Harapan saya, Pak Nurdin lebih membaktikan dirinya lagi bagi bangsa dan negara melalui berbagai bidang yang digelutinya selama ini, sepakbola, koperasi, dan politik,” pungkas Agum Gumelar.

Koperasi Multi-Pihak 

Atas visi, gagasan, dan karya-karya nyata Nurdin Halid membangun industri sepakbola di Indonesia, Universitas Negeri Semarang menganugerahi Nurdin Halid gelar Doktor Honoris Causa di bidang sport industry. Dalam sambutannya, Rektor Unnes Prof. Dr. Fathur Rakhman mengatakan, gelar kehormatan itu diberikan berdasarkan hasil kajian akademik atas gagasan dan karya-karya Nurdin Halid selama 15 tahun berkiprah di industri olahraga sepak bola.

Dijelaskan, pihak Unnes memberikan gelar Doktor Honoris Causa itu melalui mekanisme dan proses akademik yang ketat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1980 dan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penganugerahan Doktor Kehormatan.

“Bapak Nurdin Halid telah menunjukkan terobosan yang memberikan dampak besar dalam perkembangan sepakbola di Tanah Air. Pemikiran dalam bidang industri olahraga telah diimplementasikan dengan baik ketika Bapak Nurdin Halid menjadi manajer klub PSM Makasar, manajer klub Pelita Jaya, Manajer Tim Nasional, Ketua Umum PSSI, dan pengurus asosiasi sepakbola Asia,” demikian Fathur yang juga bertindak selaku co-promotor.

Fathur Rakhman menjelaskan, pemberian gelar kehormatan ini merupakan apresiasi, dorongan, sekaligus pintu pembuka agar perguruan tinggi dan pelaku industri olahraga dapat bersinerji memajukan olahraga nasional. Karena kemajuan industri olahraga tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan industri. Dalam hal ini, perguruan tinggi dapat menjadikan industri olahraga sebagai laboratorium. Di sisi lain, pelaku olahraga perlu diberi ruang yang cukup dalam dialektika akademik di perguruan tinggi.

“Dialektika itulah yang antara lain dibuka dan dipelihara dengan memberikan penghargaan khusus kepada pelaku industri olahraga yang memiliki pemikiran maju. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan berbagai pemikiran, peran, dan karya-karya nyata dalam memajukan industri olahraga sepakbola di Indonesia, Universitas Negeri Semarang dengan bangga menganugerahkan Doktor Kehormatan Honoris Causa Bidang Industri Olahraga kepada Drs. Nurdin Halid,” Fathur Rakhman menegaskan.

Dalam acara penganugerahan tersebut, Nurdin Halid menyampaikan orasi ilmiah dengan judul: “Penguatan Industri Olahraga Berbasis Koperasi Multi-Pihak – Sebuah Pendekatan Ekonomi Terapan dan Manajemen Kodeterminasi.”

Ketua Umum PSSI periode 2003-2011 itu menggagas perlunya koperasi multi-pihak untuk memperkuat dan mempercepat industri olahraga.

Bertindak selaku promotor Prof.Dr. Tandiyo Rahayu, M. Pd dengan co-promotor Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum bersama Prof. Dr. Zaenuri, M.Si.SE.Akt.

Dalam paparannya, Nurdin Halid mengemukakan dua argumentasi dasar perlunya pendekatan ekonomi pengetahuan dan ekonomi terapan serta manajemen kodeterminasi dalam pengembangan industri olahraga nasional. Pertama, industri olahraga memiliki dimensi luas sehingga pengembangannya harus multi-disipliner, mulai dari ilmu ekonomi mikro dan makro, pemasaran, komunikasi, IT, hingga sosiologi, budaya, politik, gizi, dan psikologi.

“Industri olahraga juga membawa multi-impact seperti efisiensi uang negara untuk kesehatan masyarakat, menggerakkan ekonomi daerah dan nasional, memperkuat kohesi sosial, memperkokoh rasa nasionalisme, dan bisa membranding negara,” kata Nurdin.

Argumentasi kedua, bahwa lingkungan eksternal semua lembaga berskala global, regional, nasional dan lokal sulit diproyeksi secara akurat karena arus perubahan yang terus terjadi secara cepat.

“Maka, satu-satunya cara yang dapat dikendalikan justru faktor-faktor internal lembaga atau badan usaha, terutama melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh level pimpinan, direksi, hingga tenaga operasional,” tandas Nurdin Halid.

Selain berbasis iptek, pengelolaan industri olahraga juga harus memakai pendekatan manajemen kodeterminasi (determinasi bersama), di mana semua komponen pencipta nilai pasar olahraga harus diposisikan setara dan sama-sama berperan sentral. Wujud nyata dari manajemen kodeterminasi itu ialah komitmen bersama, kewirausahaan bersama, kolaborasi, benchmarking, dan aktivitas bersama. Nurdin Halid merekomendasikan agar manajemen kodeterminasi perlu dilembagakan dalam bentuk koperasi multi-pihak atau koperasi multi￾stakeholders yang saling terkait dalam ekosistem industri olahraga.

“Penerapan ekonomi pengetahuan akan meningkatkan produktivitas, memacu kreativitas dan inovasi, serta menciptakan efisiensi dalam tata kelola maupun proses bisnis industri olahraga. Namun penguasaan iptek harus diikuti pendekatan kodeterminasi yang menekankan kesetaraan fungsi dan peran setiap elemen dalam rantai penciptaan nilai pasar olahraga. Dalam konteks itulah, gagasan koperasi multi-pihak menjadi penting karena asas kekeluargaan dan budaya gotong-royong menjadi kekuatan khas koperasi Indonesia,” papar Nurdin Halid yang juga ketua umum Dewan Koperasi Indonesia periode 2019-2024.

Menurut Nurdin Halid, kunci utama untuk meraih pasar olahraga di Indonesia adalah perlunya paradigma baru dalam mengembangkan olahraga menjadi industri.

Inti paradigma baru itu ialah mengembangkan olahraga yang berorientasi pasar atau market orientation. Artinya, semua elemen dalam industri olahraga harus mampu secara kolektif menciptakan nilai pasar olahraga. Sebab, semua elemen itu merupakan rantai ranjang yang saling terkait dan saling mempengaruhi dalam proses penciptaan nilai pasar olahraga.

“Ada beberapa faktor kunci terciptanya nilai pasar olahraga demi tegaknya bangunan industri olahraga. Secara internal olahraga, faktor-faktor yang berpengaruh meliputi kualitas dan prestasi tinggi tim atau atletsebagai faktor utama penonton membanjiri stadion, kebintangan atlet yang mampu menarik penonton dan sponsor, serta permainan bermutu yang menjunjung tinggi asas fairplay sehingga menciptakan kepercayaan penonton dan sponsor,” katanya.

Sedangkan faktor ekternal meliputi infrastruktur dasar dan fasilitas olahraga, stadion sebagai ‘panggung’ pagelaran olahraga, sponsorship, media dan media sosial di era industri 4.0, hak siar TV, regulasi dan penegakannya, tenaga professional (seperti pelatih, wasit dan tenaga operasional manajemen), manajemen kompetisi, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nurdin Halid menekankan, semua komponen bangunan industri olahraga memainkan peran kunci dan sentral dalam menciptakan market value olahraga. Tidak ada yang merasa lebih tinggi dan lebih berperan dibandingkan yang lain.

Karena itu, Nurdin Halid menawarkan pelembagaan manajemen kodeterminasi berupa koperasi multi-pihak sebagai ‘jalan baru’ untuk penguatan dan percepatan industrialisasi olahraga nasional di tengah dinamika perubahan yang sangat cepat, kompleks, dan sulit diprediksi. Koperasi multi-pihak diadopsi dari konsep triple helix model yang berkembang menjadi penta-helix model yang menghendaki kolaborasi sinergis unsur bisnis, pemerintah, akademisi, komunitas, dan media. (Rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *