Risma, Mega dan Jokowi

by
Tri Rismaharini, Mensos RI.

Oleh: Andoes Simbolon

TRI Rismaharini diangkat menjadi Menteri Sosial (Mensos) RI lewat reshuffle kabinet di awal pekan ini. Pengangkatan tersebut saat jabatannya sebagai Walikota Surabaya segera akan berakhir. Dia sudah menjadi walikota selama 2 periode yang diusung oleh PDI Perjuangan. Mensos sebelumnya juga kader PDI Perjuangan, tetapi diberhentikan setelah terjerat kasus dugaan korupsi bansos Covid-19.

Nama Risma  sudah mencuat ke publik beberapa hari sebelum Presiden Jokowi mengumumkan nama-nama calon menteri kabinet Indonesia Maju hasil reshuffle. Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya, nama Risma memang bisa disebut sudah terkenal.

Popularitasnya itu justru karena kinerjanya sebagai Walikota Surabaya. Pekerja keras, disiplin dan tegas. Tak rahasia lagi, jika Risma suka marah kepada jajaran Pemerintah Kota Surabaya misalnya karena mereka membuat atau melaksanakan kebijakan pemerintah kota. Termasuk gaya bekerjanya yang sering turun ke lapangan, sering menemui masyarakat.

Tak berlebihan jika kita sebut Risma merupakan kepala daerah yang top dari semua kepala daerah di Indonesia. Beberapa kali dia diundang berceramah di forum internasional, atas undangan sebuah negara atau lembaga internasional.

Jadi tidak heran bila kemarin itu ujug-ujug namanya beredar di masyarakat sebagai calon kuat Mensos. Kepercayaan publik  bahwa Risma bakal diangkat sebagai Mensos juga cukup beralasan. Selain karena masa tugasnya di Surabaya juga segera berakhir, dan selain karena kinerjanya sebagai Walikota dianggap sukses, alasan lainnya adalah faktor kedekatannya dengan Presiden Jokowi dan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Presiden Jokowi sudah lama mengenal atau mengetahui sosok Risma, mereka pernah sama-sama sebagai Walikota. Risma pun termasuk diistimewakan oleh Megawati. Kalau tidak, Megawati Soekarnoputri tidak akan mengajak Risma menjadi pengurus DPP PDI Perjuangan periode 2019-2024.

Masuknya Risma di kabinet Indonesia Maju memang menarik perhatian publik. Tetapi publik juga tak begitu kaget ketika dia diumumkan sebagai Mensos. Salah seorang aktivis dan pemerhati politik menyatakan, kader PDI Perjuangan yang direkomendasikan sebagai menteri harus memenuhi syarat utama, yaitu dekat dengan Presiden Jokowi dan dekat Megawati Soekarnoputri.

“Dekat dengan Jokowi tetapi tidak dekat dengan Mega tidak akan pernah menjadi menjadi menteri” kata dia tidak lama setelah Jokowi mengumumkan nama-nama calon menteri hasil reshuffle.

Memperkuat argumentasinya, pengamat ini menyebut nama seorang kader PDI Perjuangan.

“Apa kurang dekatnya dia dengan Jokowi? Namanya pun dulu sudah rame beredar sebagai calon kuat menteri. Tapi karena orang itu tak dekat dengan Megawati, kandas juga itu orang sebagai menteri,” cerita dia.

Memang presiden lah yang punya hak prerogatif mengangkat calon-calon menterinya. Tetapi jatah kursi menteri dari partai politik pendukung Presiden/Wakil Presiden tentu saja atas rekomendasi ketua umum partai politik tersebut.

“Karena memang Risma begitu dekat dan dipercaya, tak heran Megawati merekomendasikan nya ke Presiden Jokowi mewakili PDI Perjuangan di kabinet,” ucap pemerhati politik tadi. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *