GUNUNG Gede Pangrango merupakan salah satu tapal batas administratif Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Oleh sebagian masyarakat Kedua gunung itu masih disakralkan.
Menurut dongeng yang dihimpun dari sejumlah orangtua, konon kedua gunung tersebut zaman baheula disebut Jayagiri (Jaya=Unggul dan Giri =gunung), asal muasal tempat bersemayamnya Begawan Mayajati pemimpin kewikuan maka gunung itu dihormati dan masih disakralkan.
Obyek yang masih dikeramatkan itu antara lain, Patilasan Eyang Haji Suryakancana, Alun-alun Suryakancana, dan Curug Emas, sebuah saluran air di atas cadas yang relatif curam.
“Dulu, curugan air ini dipercaya sebagai syarat membersihkan diri sebelum menginjak alun-alun,” terang Ati (60), warga Cipanas.
Kata dia, di area blok Gunung Gunuruh ada Goa yang dikenal Leuit Salawejajar, sebuah lobang dalam tanah dengan kedalaman sekitar 4,5 meter. Di dalamnya, seperti ada ruangan yang disekat-sekat sebanyak 25 buah mirip kamar menjajar dan dipercaya tempat penyimpanan padi.
Terdapat pula sebuah batu besar berdiri tegak, mirip menhir dengan ketinggian sekitar 7 meter dari permukaan tanah. Obyek itu dikenal Batu Tongkat dan dipercaya patilasan prajurit teliksandi kerajaan yang bertugas mengintai pendatang.
Batu tongkat atau Dongdang/Batu Kasur merupakan batu persegi empat mirip dolmen. Katanya, jika orang telungkup dan kedua jemari tangan bisa mencengkeram kanan-kiri sisi tepi batu maka cita-cita yang dimaksud akan tercapai. WaAllahualam.
Selain mitos dan panorama di atas gunung yang dilindungi oleh negara di bawah pengawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) saat ini telah menjadi destinasi pendakian yang difavoritkan pecinta alam termasuk pemula dari dalam dan luar kota.
Jalur pendakian yang diminati mereka kebanyakan masuk dari Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas dan Gunungputri, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.
Destinasi puncak Gunung Gede menarik perhatian Camat Pacet-Cianjur, Yudi Suhartoyo yang gemar berpetualang. Pada Sabtu (14/11/2020) lalu, didampingi Sekdes Cibodas Samsun, dan rekan lainya melakukan pendakian melalui jalur Kampung Gunungputri.
“Kami berangkat dari Gunungputri sekitar jam 7.10 pagi sampai alun-alun jam 12 an, dan turun gunung hingga tiba di rumah kembali, malam sekitar jam 22.00 ” ujar Samsun saat dihubungi www.beritabuana.co. Sabtu (20/11/2020)
Menurutnya, setelah istirahat di alun-alun Suryakancana, perjalanan dilanjutkan menuju Goa Leuit, dengan jarak tempuh sekitar 1,5 Km dari Alun-alun. Lalu ke patilasan Eyang Haji Suryakancana, Batu Tongkat, Batu Dongdang dan langsung turun gunung.
Sesampainya di rumah, saat melepas lelah sembari memeriksa galeri gambar di Handphone hasil foto-foto di Gunung Gede. Satu diantara sejumlah foto yang ada, terdapat gambar foto yang ganjil dengan adanya penampakan mirip selembar pas foto bergambar wujud manusia berkepala botak.
“Posisi gambar yang diduga jin (makhluk astral) itu berada dibelakang kepala saya ketika melakukan swafoto ditanjakan setelah melewati Pos 1 atau sebelum Alun-alun Suryakancana,” pungkasnya. (Y.Sulivantara)