Antara Pemimpin Pinter dan Pemimpin ‘Apa Adanya’

by
Ilustrasi.

Catatan Teddy Mihelde Yamin*

Teddy Mihelde Yamin.

DULU banyak yang berpikir, apa gunanya punya pemimpin pinter, gagah dan kuat secara politik, jika kehidupan bernegara dirasakan terlalu bebas. Nggak adem, capek. Civil Society dibiarkan kuat, maka jadilah demo di sana, demo di sini, ada demo dimana-mana. Sebagai umumnya negara demokrasi.

Seperti didamba, maka ditampilkan antitesanya. Dicitrakan muncul pemimpin merakyat, bersikap ‘apa adanya’ dan berbaur dengan rakyat sesuai asal usulnya.

Nah ini, dalam prosesnya banyak yang mencibir, bahkan meremehkan. Seolah tak sadar bahwa kelak yang dicibir ini hanya suatu simbol yang didukung berbagai kepentingan oligarki. Simbol ini bisa jadi apa saja.

Apa yang terjadi? Ironis memang yang mencibir justru balik mendukung, dan hebatnya justru dijadikan pasangan. Masuk perangkap dia.

Akhirnya dengan menggunakan strategi yang terbukti jitu sejak zaman VOC, yaitu pecah belah, adu domba dan dukungan modal yang kuat dapat diduga. Terpilihlah sipulan.

Sekarang waktunya menikmati. Lebih dan kurang, inilah resiko dari demokrasi. Hahaha…! ***

 

* Penulis adalah Direktur Eksekutif Cikini Studi 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *