Pengamat Bilang, Duo F (Fahri dan Fadli) Layak Dapat Bintang Jasa dari Negara

by
pengamat kebijakan publik Narasi Institute, Ahmad Nur Hidayat.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengamat kebijakan publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat menilai pemberian bintang tanda kehormatan, berupa Bintang Mahaputra Nararya kepada ‘Duo F’ (Fahri dan Fadli ), dinilai tepat.

“Pemberian bintang tanda jasa kepada aktivis pejuang reformasi tersebut adalah sangat layak. Pemberian bintang tanda jasa dalam konteks kebijakan publik juga berdampak pada pembentukan kehidupan demokrasi yang semakin matang,” kata Achmad Nur Hidayat dalam keterangannya, Selasa (11/8/2020).

Menurut dia, Fahri Hamzah dan Fadli Zon selama ini sering melakukan kritik yang membangun tidak hanya kepada lembaga eksekutif, namun juga kepada penegakan korupsi yang bias dan ketidakprofesional setiap aparatur negara baik eksekutif, yudikatif maupun legislatif.

“Yang harus diketahui, keduanya sampai saat ini sejak reformasi bergulir terbukti tidak korup. Dan apabila keduanya mengkritik tidak ditujukan personal,” tambahnya lagi.

Dia menilai tidak banyak aktivis reformasi yang masih konsisten hingga hari ini seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon dalam memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, demokrasi dan kebebasan, malahan sebaliknya.

“Justru banyak aktivis tersebut yang diam membisu asyik menikmati kekuasaan dan melupakan nilai yang mereka perjuangkan, entah sebagai komisaris BUMN, birokrasi pusat maupun pimpinan daerah. Ada juga harus singgah di Hotel Prodeo karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan korupsi,” ungkap Madnur sapaan akrabnya.

Keberadaan Fahri Hamzah dan Fadli Zon di Parlemen pada Periode 2014-2019 lalu, lanjut Madnur, telah membuat parlemen menjadi hidup, sebagai lembaga representasi perwakilan rakyat yang dinamis.

“Kritik Fahri dan Fadli dalam rangka menyampaikan aspirasi publik yang seringkali dilupakan dalam permainan politik elit tinggi. Saat keduanya mengkritik, biasanya telinga yang dikriitk menjadi merah dan sering salah faham,” ujarnya.

Padahal apabila didengar baik-baik, seluruh kritik tersebut tidak ada yang bersifat personal. Cara mengkritik tersebut, adalah cara yang modern untuk manusia Indonesia yang semakin dewasa.

“Nothing to Personal, All about Responsibility. Tidak ada yang kritik personal semuanya persoalan tanggungjawab sebagai pejabat publik,” kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora Indonesia ini.

Madnur menegaskan, model kritik yang disampaikan Fahri Hamzah dan Fadli Zon bisa menjadi inspirasi bagi para kritikus untuk tetap memberikan kritik sehat tanpa harus menyakiti secara personal.

“Presiden mampu melihat kritik keduanya dengan jernih dan terang, karena itu tidak ragu memberikan keduanya bintang tanda jasa meski Presiden tidak lepas dari kritiknya juga. Sebuah model kepemimpinan yang sangat dewasa dan patut di apresiasi,” tegasnya.

Pemberian bintang tanda jasa kepada kritikus-kritikus pemerintah, menurutnya, merupakan sinyal bahwa Pemerintah membutuhkan solidaritas dari segala unsur masyarakat baik para pendukung maupun para kritikus.

“Resesi yang dihadapi bangsa saat ini membutuhkan solidaritas yang merupakan unsur dasar pemulihan ekonomi nasional. Ini sesuatu yang patut diapresiasi,” pungkas Madnur.

Seperti dikutip dari situs Setkab.go.id, Bintang Mahaputera merupakan penghargaan atas jasa-jasa yang luar biasa seorang tokoh di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, serta kemakmuran bangsa dan negara.

Bintang Mahaputera terdiri atas dua jenis, yakni Bintang Mahaputera Utama dan Bintang Mahaputera Nararya. Bintang Mahaputera Utama dan Nararya ini diberikan dalam rangkaian acara HUT Kemerdekaan RI.

Bintang Mahaputera Naraya ini juga pernah diberikan kepada sejumlah tokoh lain. Beberapa di antaranya pengusaha dan CEO Mayapada Group Dato Sri Prof Tahir, Wakil Ketua Komisi Yudisial periode 2013-2015 Abbas Said, hingga Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban periode 2008-2018 Abdul Haris Semendawai. (Kds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *