ART COVID ATAU COPLAX COVID?: Seni Pandemi Diantara Dilema Zaman

by
Brigjen Pol. CDL

PANDEMI Covid-19 tak disangka sangka membuat orang setres, penuh kecemasan bahkan mematikan produktifitas. Pandemi covid 19 memutus rantai pergerakan manusia sebagai mahkluk sosial. Penyebaran virus yang begitu masif dengan korban yang harus ditangani dengan protokol yang jauh dari manusiawi. Namun di balik semua itu ada sesuatu yang menarik bahkan menghibur. Ada film ada ceritera ada gambar ada berbagai karya seni dari yang filosofis, ada yang sarat perintah larangan ada yang lucu lucuan memleset plesetkan situasi ada yang berbau gila hingga porno sekalipun yg intinya membawa harapan semangat untuk trs bertahan hidup dan mengoyak derita tadi.

Apakah ini art di era pandemi covid 19? Kalau iya dikatakan seni memang perlu diskusi panjang, jangan jangan ada yang tersinggung, marah atau malah sampai adu otot, dengan banyak dalih konsep teori. Walaupun pada faktanya dalam semua lini situasi dan kondisi di situ ada seni.

Seni merupakan dialog antara rasa dengan jiwa untuk menjadi jembatan atau jalan tengah bahkan solusi atas penemuan dan pemahan makna atas hidup dan kehidupan yg berkaitan dengan manusia. Dalam konteks pandemi covid 19 ini saya lebih memilih koplak covid. Sengaja saya tulis coplax walaupun nyleneh tetapi ada niatan baik untuk menghibur bagi yang sedang bersedih dan bersusah hati. Karena hrs dikurung sedang mengalami tekanan ekonomi dan berbagai beban hidup lainnya.

Saya melihat dari sisi kreatifitas dari orang-orang yang membuat sesuatu yang aneh, nyleneh, lucu, mengkritik sampai membuat orang sedikit mengrenyitkan kepala dan memerah kupingnya. Sebagai contoh Film tentang penyemprotan yang klenger bukan virusnya tetapi orangnya karena ia disemprot berkali kali. Ini kritik sambil bercanda namun sarat makna untuk mengingatkan agar kita semua tidak salah sasaran. Walupun tertekan atau kondisi sulit daya nalar tidak hilang.

Adapula yang membuat kartun dengan gaya bercinta kondisi covid dengan jaga jarak. anjuran jaga jarak diterapkan jg di ranjang cinta, ini menunjukkan penjungkir balikkan logika namun ada makna agar kita tetap tersenyum. Ada kejuaraan karate yang antar pemainnya menjaga jarak sehingga pukulan pukulannya hanya sebatas angin saja.

Di tema lain menggambarkan untuk menggerakan atau membuka sesuatu dengan kaki saking takutnya menggunakan tangan. Ada meme yang menggambarkan apa tindakan Superman melawan Covid-19 yang ternya tidak berbuat apa-apa, di rumah saja itulah langkah perlawanannya.

Ada yang mengartikan lock down dengan makan lauk daun atau mengunci bagian bawah atau juga gambar nenek nenek yang merasa sudah lama tidak kemasukan jadi sudah terbiasa dengan lock down.

Ada gambar pemimpin-pemimpin negara yang pusing atau bingung dengan serangan covid. Ada gambar Presiden Trump yang sarungan objek work from home. Ada gambar arena bermain anak-anak digambarkan dalam botol besar. Ada yang antri di kasir dengan baju APD.

Ada yang melukiskan social distancing untuk kesempatan memutuskan dari pacarnya. Ada juga yang membuat tulisan lok dont. Gadis yang pura-pura kejang, batuk-batuk di kereta semua lari sehingga ia mudah mendapatkan tempat duduk.

Himbauan-himbauan yang menggunakan meme gambar Pahlawan Nasional atau tokoh-tokoh komik. Ada yang membuat kritik dahulu dan sekarang atas logo-logo, merek-merek terkenal. Penggunaan masker sebagai bra bahkan celana dalam yang serba masker. Penggunaan botol bekas air mineral sebagai pelindung wajah agar tidak nyemprot-nyemprot ludahnya. Ada yang membuat film nasihat orang tua agar tidak usah mudik walau dilanda rindu berat. Karikatur-karikatur covid banyak bertebaran dari tantangan sampai tentengan. Gambar dunia bermasker sampai gambar presiden dengan para mentri berbaju perang. Penggunaan celana dalam sebagai masker pun digambarkan. Sampai ajakan boleh keluar di dalam sampai keluar sama-sama semua ada.

Dari APD masker anti septik cuci tangan wfh karantina lock down sampai pengurusan jenazah pun ada. Religi seni tradisi hobi dan komuniti dalam pelukan teknologi semua harus menjaga jarak. Ide-ide cerdas kreatif pemecah kebuntuan penggeli hati dibuat walaupun koplak koplakan namun itulah manusia berseni.

Manusia tidak akan menyerah selama masih ada nafas. Dengan cara apa sja di mana saja kapan saja dan situasi kondisi pandemi covid sekalipun bisa. Yang penting hepi itu mungkin awalan coplax covid yang akan terus menumpul sepanjang masa pandemi. Apa yang dibuat, ditulis, ditorehkan suatu saat akan menjadi kenangan manis yang tak terlupakan walau cara sederhana sampai koplak koplakan.

Pameran cibuburan kali ini berupaya memamerkan karya karya dari : Andi Suandi, Chryshnanda Dl, Edo Abdulah, Gogor Purwoko, Joko Kisworo, Sulan Liem, Tato Kasta Reja, Yunti Arsih, Yulianto Liestiono dengan gaya masing masing mencoba memberikan suatu reaksi melalui karya karyanya. Mungkin saja makna di balik karya karya yang dipamerkan selain memberikan rfleksi jiwa sekaligus penertawaan diri atas paranoidnya terhadap situasi. Pameran Seni dg tema : ” Pandemi Diantara Dilema Zaman” bukanlah suatu obat dewa yang cespleng manjur dan derita bagai hanyut plung lap. Melainkan sebagai suatu sumbang saran memberi nuansa untuk kontemplasi dan berdialog dalam rasa dan jiwa unyuk menjebatani atas kondisi pandemi dan dilema zaman untuk berdamai dengan situasi melalui seni menuju era normal baru.

*Brigjen Pol. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *