Joko S Tjandra Al Capone versi lndonesia Ditangkap di Malaysia

by
Djoko Tjandra

PENANGKAPAN Joko Sugiarto Tjandra atau Djoko Tjandra buronan kakap Kejaksaan Agung RI dan Interpol lndonesia oleh tim Mabes Polri bekerja sama Polisi Diraja Malaysia, tentu mendapat liputan pers secara luar biasa. Makanya sejak Joko tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, Kamis malam, ratusan wartawan sudah mengerubungi pesawat khusus
yang membawa terpidana kasus cessie Bank Bali senilai Rp 905 miliar ini.

Bahkan dalam pengawalan khusus tim Mabes Polri yang dipimpin langsung Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, kerumunan wartawan tetap mengejar rombongan sampai keluar dari ruang kedatangan Bandara Halim Perdana Kusuma. Pemberitaan terkait konglomerat pemilik Grup Mulia dengan 42 perusahaan ini menjadi sangat menarik bagi publik, karena kepiawaiannya dalam mengangkangi hukum di republik ini.

Ibarat penjahat Joko S Tjandra bisa disejajarkan dengan gembong penjahat Mafia Amerika Serikat di Chicago tahun 20-an sampai 30-an Al Capone. Betapa tidak, Al Capone pengemplang pajak senilai 75 juta dollar AS kala itu, selalu lolos dari jeratan hukum, karena pengaruhnya dari Chicago sampai Washington. Pengaruh Al Capone sangat kuat, karena ia bisa menyogok aparat penegak hukum dan orang orang pemerintahan lainnya. Pendeknya, Al Capone dalam film yang dirilis tahun 1997 Untouchabel, sosok pimpinan geng Mafia yang sangat berpengaruh.

Siapa pun yang berwenang untuk menyeretnya ke pengadilan Al Capone pasti punya jurus jurus jitu untuk melemahkan mereka dengan iming iming uang haram hasil perjudian, perdagangan minuman keras dan prostitusi. Semua aparat itu takluk, apalagi di masa itu AS sedang dilanda resesi ekonomi imbas Perang Dunia l.

Mungkin analogi ini bisa disamakan dengan sepak terjang Joko S Tjandra. Sehari sebelum dieksekusi Kejaksaan Agung tahun 2009, Joko S Tjandra telah menghilang kemudian kabur dengan pesawat khusus ke Papua Nugini. Di Papua Nugini, ia mendapat naturalisasi sebagai WN negara tetangga kita ini. Tapi info yang didapat Joko tidak lama menetap di negara itu. Sepertinya, ia hanya menjadikannya tempat persinggahan sementara.

Hal ini terbukti ketika terbongkar Joko ternyata sudah selama tiga bulan terakhir masuk keluar negara lndonesia. Tentu sudah sama sama kita ketahui, mengapa Joko bisa mengangkangi hukum kita. Ya berkat kelihaiannya memanfaatkan kelemahan aparat hukum kita dari sisi moral, integritas dan kejujuran. Joko mendapatkan privilege, red noticenya dicabut oleh Divisi Hubungan lnternasional Mabes Polri, dalam hal ini Ses NCB Interpol Indonesia. Akibatnya dia bebas melenggang keluar masuk lndonesia, melalui Pontianak ke Malaysia.

Akibat pencabutan red notice Joko bisa membuat KTP Elektronik DKI dan membuat Paspor di Kantor lmigrasi Jakarta Utara. Yang lebih membuat publik terkaget kaget, Joko bisa mendaftarkan Peninjauan Kembali (PK) terhadap kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Terbongkarnya sepak terjang Joko Tjandra ini, setelah LSM Masyarakat Anti Korupsi lndonesia (MAKI) mengirim surat ke DPR RI. Sebelumnya Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin dalam rapat kerja dengan Komisi lll DPR, Senin (29/6/2020) menyebut informasi keberadaan Joko S Tjandra di lndonesia

“Informasinya lagi yang menyakitkan saya adalah katanya tiga bulanan dia ada di sini. Baru sekarang terbukanya,” kata Jaksa Agung. Rupanya dari kedua informasi ini terbongkarnya keterlibatan aparat hukum seperti polisi, jaksa dan AK (pengacara Joko) dalam memberikan keistimewaan terhadap buronan kakap ini.

Kapolri segera bertindak cepat langsung memberhentikan Brigjen Pol Prasetijo Utomo, Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri dan menetapkannya sebagai tersangka pembuatan surat palsu. Sedangkan, lrjen Napoleon Bonaparte (Kadiv Hubter) dan Brigjen Nugroho S Wibowo, Ses NCB, dinonjobkan.

Sementara, Jaksa Dr Pinangki S Malasari, SH, sebagai Kasubag Pemantauan dan Evaluasi ll, Biro Perencanaan pada Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan dicopot karena terbukti melakukan pertemuan dengan Joko di Malaysia. Sedangkan pengacara AK, juga ditetapkan tersangka oleh Bareskrim Polri. Mungkin, dengan tertangkapnya Joko, masih ada oknum oknum pejabat atau aparat hukum yang bakal tersandung kasus ini.

Penangkapan Joko S Tjandra memang sangat dramatis dan menarik, sehingga mendapat porsi liputan yang terus menerus sepanjang malam (30 Juli 2020). Hal serupa terjadi ketika Al Capone dihukum 11 tahun juga pada malam hari 24 Oktober 1931.
“Capone dihukum 11 tahun. Akan dipenjara malam ini. Kepala geng itu juga didenda US $ 50 ribu,” tulis media Albany Evening News.

Siapa yang menyeret Al Capone, hingga masuk bui? Dia adalah Eliot Ness, seorang agen federal di Chicago. Ia memimpin 11 anggota tim yang melawan para pengemplang pajak. Penunjukkan Eliot Ness, dilakukan Presiden AS Herbert Hoover yang murka atas tindakan Al Capone. Apalagi presiden berang ketika sejumlah aparat penegak hukum dan pemerintah berhasil dibeli Capone.

Untuk menyelamatkan muka kedaulatan pemerintahan dan hukum Amerika, Hoover memerintahkan Jaksa Agung George Emmerson Q Johson, membentuk tim khusus membereskan ulah Capone. Johnson sempat bingung memilih orang bersih untuk memimpin tim. Sebab, banyak oknum aparat hukum yang korup. Setelah ada fit and propper, dipilih Eliot Ness memimpin tim pembasmian mafia. Ness bergerak cepat dan menutup kran pundi pundi Capone. Capone sempat mengutus anak buahnya untuk menyogok Ness, 2000 dolar AS per minggu, tapi tak digubris. Capone, merasa tersinggung dan meneror keluarga Ness, tapi agen federal yang punya integritas tinggi ini tetap konsisten berusaha menyeretnya ke pengadilan. Capone, bertindak brutal membunuh tiga orang terdekat Ness, tapi Ness bahkan balik menyeret 200 polisi yang terlibat melindungi bos Mafia ini.

Apa yang terjadi di AS tahun 20 sampai 30 an itu, tentu hanya sebagai pembanding, bahwa apa yang dilakukan Joko S Tjandra, adalah potret buruk penegakan hukum kita. Sehingga membuat Presiden Jokowi merasa perlu memerintahkan Kapolri Jenderal ldham Azis untuk membentuk tim khusus melacak keberadaan Joko S Tjandra. Hal ini seperti diungkapkan Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, semalam setelah turun dari pesawat mengawal langsung Joko S Tjandra.

“Pembentukan tim pelacak buronan Joko S Tjandra atas perintah Presiden kepada Pak Kapolri yang kemudian menugaskan saya sebagai ketua tim,” ungkap Sigit kepada wartawan.

Sigit Eliot Ness lndonesia

Penunjukkan Listyo Sigit ini bisa kita bandingkan dengan penunjukkan Eliot Ness oleh Presiden AS Herbert Hoover. Ini juga membuktikan kapasitas dan integritas yang dimiliki Sigit, dalam memimpin Bareskrim Polri saat ini.

“Keberhasilan menangkap Joko Tjandra, untuk menyelamatkan marwah dan kehormatan institusi kepolisian,” ujar Sigit.

Memang, walaupun salah satu bawahannya langsung Brigjen Prasetijo Utomo, terlibat kasus pembuatan surat jalan palsu, Sigit tak segan segan menindaknya dengan proses pidana. Padahal Brigjen PU juga satu angkatan bersama Sigit (Akpol 1991).

Menurut Sigit, keberhasilan menangkap Joko S Tjandra di Malaysia tak lepas dari peran Polisi Diraja Malaysia yang sebelumnya sudah dihubungi Kapolri Jenderal ldham Azis.

Keberhasilan tim khusus Polri menangkap Joko S Tjandra membuktikan dan sekaligus menepis tuduhan pihak pihak tertentu yang menyebut adanya permufakatan jahat di tubuh kepolisian. Masih sangat banyak perwira perwira Polri yang punya moral, dedikasi dan berintegritas tinggi. Terbukti sejumlah kasus yang melibatkan oknum – oknum jenderal Polri di masa lalu, seperti kasus Adrian Waworuntu dan Maria Pauline Lumowa, kasus Gayus Tambunan dan Joko S Tjandra saat ini tidak melemahkan moral para perwira Polri untuk tetap bekerja secara profesional. (Nico Karundeng)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *