Prepare for The Worst, Pray for The Best

by
Statistic.
Teddy Mihelde Yamin, Analis.

Catatan: Teddy Mihelde Yamin (Analis Cikini Studi)

MENTERI Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyatakan defisit APBN 2020 berpotensi tembus Rp1,000 Triliun. Kuat dugaan ini salah satu sebab yang membuat pemerintah RI cemas, hingga seketika setelah rapat terbatas mengenai Evaluasi Pelaksanaan PSBB bersama Presiden, tanpa ‘babibu’ Menhub Budi Karya Sumadi, Rabu (6/5/2020) mengumumkan akan membuka transportasi kereta, pesawat dan darat, seiring dengan terbitnya aturan baru dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Regulasi itu berupa surat edaran yang merupakan aturan turunan dari Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 25 tahun 2020.

Semula publik bingung dan bertanya-tanya, apa yang ‘terjadi’ dengan Menhub, Budi Karya? Mengapa tiba-tiba jadi serba ambigu dan bertolak belakang dengan ucapan Presiden sebelumnya.

Bisa diduga ada skenario yang sedang disusun. Sayangnya selalu begini, sering membuat teka-teki, kritikku jika bukan sesuatu yang rahasia bukankah sebaiknya disampaikan saja transparan kepada publik. Mungkin lebih baik efeknya, tidak multi tafsir dan yakinlah rakyat bisa kok mencernanya. Misalkan, mengapa iuran BPJS Kesehatan harus dinaikkan, karena serba terkait dipastikan ke depan semakin besar resiko BPJS ketika corona virus menjadi dilayani di jaringan pelayanan kesehatan yang ada saat status bencana dicabut. Kemudian jelaskan juga hubungannya kampanye ‘social distancing’ dengan tetap menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker. Sekaligus memastikan kesiapan petugas lapangan untuk menegakkan disiplin warga bagi pelanggarnya.

PSBB di sebagian daerah Indonesia kini telah dilonggarkan. Sekalipun PSBB dipandang masih perlu dan menunjukkan hasil memperlambat penyebaran Covid-19 tersebut, tapi realitasnya Indonesia tak kuat menghadapi dampak ekonominya. Resminya memang belum, tapi kini telah ter-schedule, berangsur-angsur akan dibuka semua kembali.

Selanjutnya, kembali kepada kita menyikapi. Tetap di rumah, atau mulai beraktivitas dengan tetap ‘social distancing’ dan menjalani pola hidup baru.

Simalakama, membuat bangsa ini ‘maju kena mundur juga kena’. Masalahnya jika PSBB diteruskan, dipastikan semakin dalam kemerosotan ekonomi Indonesia yang ujungnya terjadi kebangkrutan negeri ini. Dan ini berbahaya bagi kelangsungan pemerintahan dan negeri ini ke depan. Walau pahit, tak terelakkan sekalipun harus mengorbankan jiwa lebih banyak. Toh sebelumnya pernah terlontar ucapan seorang pejabat RI yang memperbandingkan jumlah korban corona virus di RI tak sedahsyat di negara lain, dibanding negara maju. Sekalipun banyak yang jauh lebih baik, seperti Australia, New Zealand, Vietnam, Jepang, Korea, Jerman, Perancis dan lainnya. Tetapi memang banyak faktor yang membedakannya, tak persis sama.

Selanjutnya diwacanakan dan diperkenalkan THE NEW NORMAL, berdamai dengan corona yang sebenarnya membuat kita miris. Seolah sia-sia ngumpet berbulan-bulan di rumah selama ini. Sembari melihat kelakuan para pejabat yang gugup mengambil kebijakan, hingga berkali-kali saling meluruskan. Sekaligus berbagai kebijakan yang terkesan mengambil kesempatan, memancing di air keruh dengan meloloskan RUU yang tak berkaitan dengan corona.

Kini jalan raya sudah mulai padat lagi, pasar-pasar sudah ramai, menyusul perkantoran, mall dan sekolahpun akan dibuka kembali. Meminjam kata sahabat saya Imam Nirwansyah “Prepare for the worst, pray for the best”. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *