BKSP DPD RI Minta Semua Pihak Siapkan Exit Strategy untuk Hadapi Corona

by
Ketua BKSP DPD RI, Gusti Farid. (Foto: Dokumentasi Humas DPD)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) DPD RI menyambut baik deklarasi Pertemuan Puncak Online Gerakan Non-Blok (GNB) untuk Menghadapi Covid-19 (The Online Summit Level Meeting of the Non-Aligned Movement (NAM) Contact Group in Response to Covid-19) pada tanggal 4 Mei 2020 yang lalu. Pertemuan tersebut diketuai oleh Presiden Azerbaijan, Ilham Aliev, dan dihadiri 120 negara anggota, termasuk Indonesia, serta wakil-wakil dari Uni Eropa, Uni Afrika, WHO dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Hasil dari pertemuan itu, intinya dua, yaitu pendekatan multilateralisme dan pembentukan gugus tugas GNB,” kata Ketua BKSP DPD RI, Gusti Farid Hasan Aman dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (12/5/2020).

Menurut Gusti, pendekatan multilateralisme atau semua pihak itu agar negara-negara Non Blok dapat berkonsentrasi menyelamatkan nyawa umat manusia, terutama di negara-negara yang tidak atau relatif terbatas sumber daya kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

“Kunci penanganan Covid-19 ini ada di pengembangan vaksin, sehingga ketersediaan vaksin yang murah perlu disiapkan,” lanjut Senator anggota DPD RI dari Kalimantan Selatan.

Gusti memahami bahwa setiap negara tentu mengutamakan ketersediaan alat uji Covid-19 dan perlindungan diri untuk tenaga medis dan warganya sendiri terlebih dahulu. Namun disisi lain menurutnya, persaingan antar negara tersebut tidak boleh menutup akses peralatan karena situasi genting di sebuah negara.

“Negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, telah melakukan uji Covid-19 ke jutaan warganya, sementara banyak negara lain masih pada kisaran puluhan atau ratusan ribu,” ujarnya.

Ketua BKSP DPD RI juga berharap agar semua pihak dapat menyiapkan strategi keluar atau exit strategy dalam menghadapi pandemi ini.

“Ada negara yang kurvanya turun atau mulai turun, ada yang masih menanjak atau belum melewati fase krisis. Atau ada juga yang bersiap menghadapi bahaya gelombang kedua atau ketiga pandemi ini. Jadi, memang harus difikirkan exit strategi atau strategi keluar agar pandemi Covid-19 ini bisa dikendalikan secara menyeluruh dan kita semua dapat berfikir menghidupkan perekonomian negara,” kata Gusti kembali.

Gusti berharap penyusunan kebijakan exit strategy tetap berbasis kepada sains (ilmu pengetahuan) dan bukan karena keputusan yang terburu-buru.

“Exit strategy Covid-19 harus tetap mempertimbangkan data saintifik terbaik, untuk mencegah potensi ledakan infeksi virus ini apabila pembatasan sosial akan dilonggarkan,” kata Gusti mengakhiri pernyataan persnya. (Rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *