16 Nakes dan Aparat Positif Corona, Bukber Gubernur Bengkulu Disorot

by
Buka bersama/ISTIMEWA

BERITABUANA.CO, BENGKULU – Jumlah kasus positif Covid-19 di Provinsi Bengkulu meningkat tajam beberapa hari terakhir. Bahkan pada tanggal 9 Mei 2020, peningkatannya sampai tiga kali lipat dari semula 14 kasus menjadi 37 kasus, dengan jumlah tambahan 23 kasus baru.

Yang mengejutkan, dari tambahan kasus itu 16 di antaranya adalah tenaga kesehatan (nakes), terdiri dari 6 dokter dan 10 tenaga medis lainnya. Selain itu, terdapat pula 4 perwira polisi dari kalangan pejabat Polda Bengkulu, termasuk mantan Kapolda Bengkulu Irjen Supratman yang baru saja terkena mutasi.

Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai makin banyaknya warga yang positif karena peran pemerintah daerah yang gagal menekan laju penyebarannya. Dan ini terkait dengan kepemimpinan kepala daerah sebagai ketua gugus tugas Covid-19.

“Seorang pemimpin harus yang terdepan, memberi contoh penanganan covid-19. Jika pemimpinnya tak memberi contoh yang baik berarti sudah gagal, sebagai darurat kesehatan wajib dicegah dan ditanggulangi semua daerah,” kata Pangi, Selasa (12/5/2020).

Pangi ikut menyoroti kegiatan Rohidin yang abaikan instruksi presiden dan maklumat Kapolri. Jika itu benar, artinya pemerintah daerah menyepelekan penyebaran virus sehingga abai dalam melakukan upaya pencegahan dan mitigasi. Penerapan protokol kesehatan juga sangat lemah sehingga Covid-19 mengancam semua lapisan masyarakat di daerah.

Menurutnya seharusnya Gubernur Rohidin Mersyah selaku Ketua Gugus Tugas Provinsi Bengkulu serius memimpin perang melawan Covid-19 di daerahnya. Keseriusan itu dapat ditunjukkan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, penerapan protokol yang ketat, termasuk refocusing dan relokasi anggaran terutama untuk kelengkapan alat-alat kesehatan.

“Yang terjadi kan justeru sebaliknya. Saya dengar gubernurnya malah buka puasa bersama,” ujarnya.

Apa pun alasan di balik acara buka bersama itu, kata Pangi, perilaku Rohidin tersebut sangat disayangkan. Perilaku itu tak dapat diterima akal sehat mengingat di saat bersamaan masyarakat terus diminta tinggal rumah dan menjaga jarak (physical distancing).

Pangi menyatakan, apa yang dilakukan Rohidin bahkan bisa dikategorikan pengabaian terhadap imbauan dan instruksi presiden atau pemerintah pusat. Dan saat dia ikut bukber, maka saat itu dia gagal menjadi pemimpin.

“Dia membangkang terhadap ucapannya sendiri. Nyuruh orang di rumah, jaga jarak, dia sendiri kumpul-kumpul buka bersama,” tandasnya.

Dengan perilaku kepala daerah seperti itu yang cenderung mengabaikan, wajar jika pada laju orang terpapar corona makin banyak. Bahkan banyak tenaga medis dan aparat yang tertular.

Meskipun tenaga medis selama ini paling memahami prosedur penanganan kesehatan, tetapi di tengah situasi pandemik, hal-hal seperti lingkungan yang kondusif, budaya kerja yang mendukung, serta persamaan visi dan persepsi juga kerja sama sangat penting dibangun dan digalakkan. (Min)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *