Akhirnya, Semua Terima Anies Baswedan

by
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Oleh: Tony Rosyid (Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

Tony Rosyid.

BAGI sebagian orang, Anies dianggap musuh. Pertama, mereka yang merasa kalah di Pilgub DKI. Sebagian sportif, dan mengaku kalah. Lalu melupakannya. Sebagian kecil lainnya belum bisa ‘move on’.

Kedua, mereka yang terganggu kepentingan politik dan projectnya. Siapapun yang merasa terganggu, akan melawan. Anda kalau kepentingannya terganggu, pasti juga akan melawan. Baru berhenti melawan kalau sudah terakomodir kepentingannya. Atau sudah merasa kalah. Atau mulai sadar dan waras.

Ketiga, buzzer yang melihat peluang. Ada kesempatan kerja. Cukup poduksi bullyan dan ajak 30-50 orang untuk demo di balaikota. Ini cara efektif mendatangkan uang recehan. Memang gak akan kaya, tapi cukup untuk ganjal perut dalam posisi nganggur.

Tiga kelompok ini akan selalu hadir di sepanjang sejarah jika ketemu seorang pemimpin macam Anies. Pemimpin non kompromis terhadap oligarki. Penghentian reklamasi, penutupan Alexis, pencabutan kelola apartemen oleh pengembang, adalah beberapa contoh kebijakan non kompromi itu. Orang bilang: Anies terlalu nekat. Ambil risiko.

Anies hanya salah satu contoh nyata yang bisa kita saksikan hari ini tentang tipologi pemimpin yang non kompromis. Sejarah model ini telah ada dan berulang di masa lalu. Dan akan terus berulang di masa yang akan datang. Secara ilmiah, inilah hukum sejarah Orang yang paham sejarah mengerti betul soal ini. Nggak perlu kaget jika orang seperti Anies banyak musuh.

Tapi, angin politik nampaknya sudah mulai berubah. Satu persatu mulai memberi apresiasi terhadap Anies. “Lakon iku menange mburi”, kata orang Jawa. Artinya? Cari saja di kamus. Sekalian nyari arti ‘mudik’ dan ‘pulang kampung’. Kalau sudah ketemu, gak usah diperpanjang diskusinya. Ora mutu !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *