BERITABUANA.CO, JAKARTA – CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengapresiasi pemilihan dan keberhasilan pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Jawa Tengah, karena mempunyai beberapa keunggulan dan faktor potensial.
Pertama, letak geografis di koridor industri utara Pulau Jawa dengan sejumlah komoditas potensial wilayah sekitarnya, terutama dari industri pengolahan. Kedua, konektivitas dengan jaringan jalan tol dan kedekatan dengan rel. Ketiga, kedekatan dan konektivitas dengan beberapa infrastruktur logistik seperti Bandara Ahmad Yani (50 km), Pelabuhan Tanjung Emas (65 km), dan Pelabuhan Tanjung Priok (5 jam). Dan, keempat, kedekatan dengan sumber pasokan energi, yaitu PLTU dan PLTS.
Apresiasi Setijadi itu disampaikan kepada beritabuana.co di Jakarta, Rabu (7/8/2024) sekaitan pernyataan Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat berkunjung di Kabupaten Batang akhir bulan lalu, bahwa KITB di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah dibangun tanpa menggunakan rencana induk pembangunan (master plan).
Bahlil menjelaskan, pembangunan industri terpadu itu semula merupakan permintaan Presiden Jokowi untuk menampung sejumlah industri yang hengkang dari China. Saat itu industri-industri tersebut belum ada satu pun yang masuk ke Indonesia. “Pada awalnya, kawasan industri yang akan ditunjuk daerah Brebes. Namun, lahan di sana merupakan bekas tambak udang yang membutuhkan waktu untuk reklamasi, sehingga akhirnya dipilih Kabupaten Batang semula hanya sebagai alternatif,’ ujar Bahlil.
Rekomendasi SCI
Lebih lanjut Setijadi menyatakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek strategis maupun teknis serta potensinya, SCI merekomendasikan pengembangan KITB dengan menggunakan master plan berdasarkan enam aspek.
Aspek pertama, orientasi pengembangan berdasarkan pemetaan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) untuk komoditas potensial wilayah sebagai strategi pengembangan kawasan industri yang efisien dan berkelanjutan. Kedua, pengembangan strategi peningkatan output, outcome, dan benefit bagi industri dan ekonomi wilayah dan nasional.
Ketiga, dengan mempertimbangkan letak KITB yang dekat dengan infrastruktur logistik (pelabuhan, jalan tol, dan rel), fokus pengembangan diarahkan untuk peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur, termasuk modernisasi dan pemanfaatan teknologi informasi. Keempat, pembangunan dry port untuk memanfaatkan kedekatan dengan jaringan rel dan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi biaya transportasi dan logistik.
Kelima, pembangunan logistics center sebagai shared facilities dan pusat konsolidasi bagi industri di KITB untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan logistik. Dan keenam, pemanfaatan teknologi informasi untuk memantau aktivitas logistik dan pergerakan komoditas antar pelaku usaha, termasuk untuk pemantauan secara real-time. (Yus)