Begini Catatan Pengamat Soal Kampanye Pilpres Terakhir

by
Pengamat politik, Ujang Komarudin. (Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Tahapan kampanye pemilihan presiden (pilpres) 2024 telah selesai pada hari Sabtu(10/2/2023) kemarin. Tiga pasangan calon ( paslon) berkampanye di tiga tempat yang berbeda.

Paslon 01, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar berkampanye di Jakarta International Stadium (JIS) Jakarta Utara, sedang paslon nomor urut 2 , Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming berkampanye di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta Pusat. Sementara, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD mengambil lokasi kampanye terakhir di Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah.

Sejauh yang bisa dipantau, kampanye tiga paslon di hari terakhir itu berjalan lancar , bahkan sangat meriah karena dibanjiri oleh para pendukung masing-masing calon. Ketiga kubu sama mengklaim, bahwa kampanye mereka paling membludak , hingga titik utama kampanye tidak mampu menampung massa yang datang.

Dari kampanye terakhir tersebut, ketiga kubu menunjukkan kekuatannya masing-masing, untuk meraih kemenangan dalam pilpres yang akan diadakan pada hari Rabu(14/2/2024) ini. Ketiga paslon yang diusung partai politik koalisi bertekad memenangkan pilpres ini.

Menanggapi hal ini, pengamat politik Ujang Komarudin menyatakan, kampanye akbar ketiga paslon di hari terakhir adalah aksi unjuk gigi , aksi unjuk kekuatan, sebagai simbol kekuatan dari tim menyemangati psikologis kemenangan bagi tim masing-masing.

“Makanya karena habis-habisan, akan gaspol dan mati-matian masing-masing kubu dan masing-masing paslon untuk menghadirkan kampanye yang besar yang menghadirkan masa yang jumlahnya sangat banyak,” kata Ujang menjawab beritabuana.co di Jakarta, Senin(12/2/2024).

Karena a kalau yang hadir banyak , yang hadir besar jumlahnya, maka menurut Ujang Komarudin secara psikologis kemenangan dianggap bisa menang.

“Pada hal anggapan demikian belum tentu benar. Lalu kalau kosong dianggap tidak menang. Itu kan secara psikologis kemenangan. Tetapi apa yang dilakukan oleh mereka menjadi sesuatu yang umum saja dilakukan oleh semua kubu,” kata dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini.

Sejatinya kata Ujang lagi, memang namanya kampanye akbar harus penuh , harus full, harus ramai dan jumlahnya harus besar.

“Nah, kalau sepi, tentu akan menjadi ejekan atau guyonan dari kubu yang lain,”ujarnya.

“Jadi saya melihat kampanye ini kampanye habis-habisan , mati-matian yang tentu harapannya masing-masing kubu bisa meraih kemenangan,”katanya menambahkan. (Asim)