Serentak di Indonesia, ST2023 Cakup Tujuh Subsektor Pendataan

by
Nara sumber dan Tim BPS Provinsi NTT usai kegiatan sosialisasi. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Sensus Pertanian Tahun 2023 (ST 2023) yang dilaksanakan secara serentak di Indonesia pada 1 Juni – 31 Juli mendatang, mencakup tujuh Subsektor Pendataan.

Demikian disampaikan Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira Kale dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kabag Umum BPS Provinsi NTT, Adi Manafe pada kegiatan Sosialisasi ST2023 bagi media dan petani di aula kantor BPS Provinsi NTT, Selasa (16/5/2023).

“Ketujuh cakupan tersebut yakni Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan serta Jasa Petani,” rinci Matamira Kale.

Dikatakan Matamira Kale, pelaksanaan ST2023 ini kolaborasi antara BPS dengan BKKBN dan Kementan, dengan melibatkan mitra eksternal sebagai Petugas Lapangan Sensus maupun sebagai Pemeriksa Lapangan Sensus.

“Total petugas ST2023 di Provinsi NTT sebanyak 6.063 Orang, dengan rincian 4.833 petugas lapangan sensus, 1.013 pemeriksa lapangan sensus, 217 Koordinator Sensus Kecamatan (KOSEKA). Semua sudah diberikan bekal dalam melaksanakan tugasnya,” jelas Matamira Kale.

Selanjutnya, tambah Matamira Kale, kolaborasi juga dilakukan pada Hasil ST2023 berupa Pemanfaatan Basis Data Pertanian Indonesia. Basis data tersebut akan dapat “dibagi pakai” antar kementerian, lembaga, dinas, instansi baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Pada kesempatan yang sama, Nara sumber I Gede Made Suwartana selaku Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi NTP menjelaskan, sejumlah isu strategis pertanian di NTT diantaranya dominan tenaga kerja disekitar pertanian berusia diatas 55 tahun dan rendahnya minat generasi muda menjadi petani. Hal ini berdampak pada penurunan luas tanam, luas panen, volume produksi dan nilai produksi.

“Tingkat pendidikan petani di NTT juga masih relatif rendah, sehingga rendah dalam mengadopsi inovasi, luas tanam, luas panen, volume oroduksi dan nilai produksi,” papar Made Suwartana.

Begitu juga dengan isu penerapan tehnologi pascapanen belum baik, kata Made Suwartana, hal ini berdampak pada penurunan volume priduksi dan nilai produksi.

“Terbatasnya sarana transportasi sehingga benih dan pupuk tifak tiba pada waktunya, akibatnya berdampak pada luas panen, volume produksi dan nilai produksi,” urainya.

Diakui Made Suwartana, membangun sektor pertanian merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan, mengingat sektor pertanian masih memegang peranan yang sangat penting.

“Maka untuk membangun sektor pertanian diperlukan kebijakan yang tepat, yang berlandaskan pada data yang akurat. Untuk itu ST2023 diharapkan mampu menghasilkan data pertanian secara lengkap sampai dengan level administrasi terkecil,” harap Made Suwartana. (iir)