NASA Amati Matahari, Suhu Masih Panas Tapi Sudah Jauh Lebih Rendah

by
Pemanasan Global. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Lembaga Antariksa Eropa, Solar Orbiter dan NASA mengamati pola kebiasaan di atmosver luar Matahari. Lapisan luar atau korona Matahari merupakan lanskap yang dinamis dengan beberapa tekstur menarik, mulai dari ‘lumut’ hingga ‘hujan’. Diketahui suhunya masih tetap panas, tetapi jauh lebih rendah, sekitar 10.000 derajat celcius.

Video terbaru yang diluncurkan itu menunjukkan penampakan jarak dekat korona Matahari yang sedang aktif.
Sebelumnya, erupsi dahsyat yang merilis banyak partikel ke sistem Tata Surya tertangkap dalam sebuah video. Pada September tahun lalu, Solar orbiter juga mendeteksi erupsi yang lebih kecil, disertai lumut dan hujan pada korona.
Semua detilnya baru dirilis dalam sebuah video singkat, dikuitp dari IFLScience, Senin (6/5/2024).
Lingkaran korona dengan erupsi dan lumut yang bergejolak menciptakan efek lain, yakni hujan korona. Suhu lingkaran ini sangat tinggi, sekitar 1 juta derajat celcius.
Beberapa plasma mendingin dan berkat gravitasi kembali turun dalam gumpalan gelap dengan kepadatan tinggi yang menyebabkan hujan.
Suhunya masih panas, tetapi jauh lebih rendah, sekitar 10.000 derajat celcius.
Solar Orbiter mengambil video korona Matahari dari jarak dekat pada 27 September 2023. Beberapa hari setelahnya, pada 7 Oktober 2023, pengamatan mencapai jarak terdekat dari Matahari, yakni 43 juta km.
Jarak itu kurang dari satu per tiga jarak Bumi ke Matahari. Pada hari yang sama, pengamat Matahari milik NASA, Parker, berada di jarak 7,26 juta km dari Matahari.
Jadi, dua lembaga tersebut bekerja sama untuk melakukan pengamatan dan pengukuran. Bersama, akhirnya NASA dan Solar Orbiter berhasil mendeteksi data penting tentang Matahari dan caranya bekerja. (Ram)