Investasi Swasta AS Bisa Sumbang Pemulihan Perekonomian Indonesia

by
Presiden Jokowi saat meresmikan pengoperasionalan pelabuhan terminal Kijing di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), pada hari ini, Selasa (9/8/2022). (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pakar Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menyarankan agar pemerintah Indonesia mengedepankan kerjasama dengan Amerika Serikat (AS) secara bisnis atau melalui perusahaan swasta.

Hal itu dalam rangka menjaga ritme kerja serta ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.

“Pemerintahan Biden masih terlalu ragu-ragu dalam segala hal, sehingga saya tidak terlalu membayangkan ini akan bisa cepat,” kata Fithra, di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

“Jadi pendekatannya harus lebih ke bisnis sih, ketimbang hanya ke pemerintah AS,”tambahnya.

Menurutnya, pemerintah patut merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia. Indonesia saat ini, sbung dia, punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan oleh industri.

“Seharusnya investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima karena negara-negara di Barat, AS, EU juga sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya,”ucapnya.

Dikatakan, Indonesia dan ASEAN mendapati keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yakni China Factor dan Relocation Factor.

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain, namun industri China masih belum optimal sehingga membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN. Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, EU, Jepang.

Negara-negara tersebut cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi. Menurut Fithra, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network).

Tetapi karena resiko selama pandemi dan geopolitik membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

“Sehingga mereka sekarang tidak hanya mengejar efisiensi, tapi juga resiliensi. Mereka melebarkan portofolio produksi dan investasi justru ke ASEAN, dalam konteks ini Indonesia,”pungkas Fithra. (JAT)