Agar Tak Termakan Hoaks, Informasi yang Diterima Jangan Asal Sebar

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Bijak Bermedia Sosial, Jangan Asal Sebar di Media Sosial". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pertumbuhan pengguna smartphone dan media sosial yang tidak diimbangi literasi digital menyebabkan berita palsu (hoaks) bertebaran. Tak hanya melalui situs online, hoaks juga beredar di pesan chatting.

Wakil Sekretaris PWNU DIY 2022-2027
Muhammad Mustafid mengingatkan, jika tidak hati-hati, masyarakat bisa termakan tipuan hoaks atau justru ikut menyebarkan hoaks tersebut.

“Makanya sangat penting check and recheck, bermanfaat atau tidak informasi itu,” kata Mustafid dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Bijak Bermedia Sosial, Jangan Asal Sebar di Media Sosial” pada Jumat (14/10/22).

Menurut Mustafid, kemajuan teknologi digital ini sangat bermanfaat jika dipergunakan dengan baik. Misalnya, digitalisasi bisnis, sebuah inovasi model dan proses bisnis yang memanfaatkan teknologi.

Namun, tantangan budaya digital ini ialah mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya Kesopanan dan kesantunan, menghilangnya budaya Indonesia (media digital menjadi panggung budaya asing).

“Dan, minimnya pemahaman akan hak-hak digital, kebebasan berekspresi yang melampaui batas, serta berkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan,” kata Mustafid menegaskan.

Dosen Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta, Yolanda Presiana Desi menganggap, saat ini dunia memasukan banjir informasi dengan beragam konten. Namun, tantangannya juga makin kompleks. Seperti konten tidak sesuai usia, mempromosikan perilaku berbahaya, ujaran kebencian, , pencurian identitas, penipuan, bullying, dan lain sebagainya.

“Permasalahan yang kita hadapi, tidak semua informasi benar,” kata Yolanda mengingatkan.

Untuk itu, dibutuhkan cakap bermedia digital. Pengguna digital yang diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri sendiri dan sesama.

Berpartisipasi baik di media sosial, jangan asal sebar, stop di kita, bagikan informasi yang benar dan bermanfaat, manfaatkan fitur/jalur aduan konten negatif,” ujar Yolanda.

Sementara itu, Staf IT Lesbumi PBNU Eka Y Saputra menilai, penyebab maraknya pembuat konten dengan bermacam-macam itu, karena hilangnya kepercayaan masyarakat (disrust) pada media massa dan pihak berwenang.

“Di tambah mudahnya publikasi konten tanpa proses verifikasi dan penyuntingan,” kata Eka

Eka melanjutkan, masifnya informasi ini berbanding terbatasnya atensi, kapasitas intelektual dan emosional, besarnya potensi komersialisasi untuk kepentingan bisnis.

Respons etis atas krisis informasi ini ialah dengan membangun kepercayaan masyarakat pada media massa dan pihak berwenang.

“Terapkan prosedur keredaksian publikasi konten dengan verifikasi dan penyuntingan. Kontrol asupan informasi sesuai batas atensi, kapasitas intelektual dan emosional,” tukas Eka. (Kds)

 

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.