Miris! Kanada Menyusul Inggris, Warga Bertahan Hidup untuk Tidak Berpergian Jauh Demi Mempertahankan Hidup

by
Inflasi meninggi. (Ilustrasi/Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Giliran Amerika Utara, tepatnya Kanada yang tertimpa Kenaikan biaya hidup, setelah sebelumnya menimpa Inggris.

Negeri Maple itu, inflasi terus melonjak membuat warga mengambil tindakan serius untuk mengurangi biaya hidup seperti mengemudi di jarak yang lebih pendek, lebih memperhatikan pembelian barang-barang, dan bahkan melewatkan makan.

“Kegiatan yang biasanya kami lakukan setiap tahun tanpa pertanyaan tentang bahan bakar atau biaya lain, kami telah mempertanyakan dan membatalkan pergi karena tidak dalam anggaran,” kata seorang warga Ontario bernama Heather Harris kepada CTV News, Senin (10/10/2022).

Mereka nampak sudah berputus asa atas inflasi ini. Hanya sebagian kaum melinial yang terus berjuang mempertahankan diri.

Harris menambahkan bahwa ia lebih memperhatikan penawaran selebaran, membeli lebih banyak bahan pangan dalam jumlah besar, dan mengurangi porsi makan di restoran untuk dibawa pulang.

“85 dolar Kanada dapat mengisi keranjang belanjaan kembali pada tahun 2019. Tetapi sekarang, jumlah itu hampir tidak mencakup beberapa kebutuhan pokok dapur, buah-buahan, dan produk susu,” ungkapnya.

Tekanan biaya hidup yang menjadi sangat buruk bahkan mendorong beberapa warga untuk terpaksa melewatkan makan. Warga lainnya bernama Amber Rose mengaku ia tidak lagi sarapan dan mengenakan sweater tambahan di sekitar rumah karena tak mampu menyalakan termostat saat cuaca semakin dingin.

“Saya menghabiskan akhir pekan untuk memasak makanan murah untuk dipanaskan kembali dalam oven pemanggang roti atau microwave untuk menghemat uang. Saya memanggang roti daripada membeli,” katanya dalam email pada hari Rabu pekan lalu.

“Sayangnya saya khawatir ini adalah puncak gunung es,” paparnya lagi.

Inflasi di Kanada sendiri mencapai 7% pada Agustus 2022, sementara inflasi inti berada di level 5%. Gubernur Bank Sentral Kanada Tiff Macklem menjelaskan bahwa pertarungan melawan inflasi saat ini adalah ujian terbesar yang dihadapi bank sentral itu sejak mulai menargetkan inflasi 30 tahun lalu.

Meski begitu, Macklem menyatakan negara itu cukup mampu dalam melawan inflasi. Ini disebabkan banyaknya pekerjaan yang tersedia di negara itu sehingga menjadi bukti bahwa ada ruang untuk menekan ekonomi agar inflasi tetap pada level 2%

“Ketika kita melihat ekonomi saat ini, ada jumlah pekerjaan kosong yang sangat tinggi … itu adalah sinyal yang jelas bahwa ada ruang untuk memperlambat ekonomi, tanpa banyak orang kehilangan pekerjaan,” jelasnya. (Kds)