Fahri Hamzah: Pemerintah Harus Terima Keputusannya Menaikan Harga BBM Ditentang Rakyat

by
Pedas, Mantan-Anggota-panja-RUU-KUHP-Fahri-Hamzah-1
Waketum DPN Partai Gelora Fahri Hamzah (Foto : Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah mengatakan, munculnya aksi protes hingga unjuk rasa disejumlah daerah yang dilakukan masyarakat, pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan pemerintah baru-baru ini, adalah hal wajar.

“Tidak ada orang yang menerima kenaikan harga BBM itu. Karena setiap rezim itu pernah menjadi oposisi, dan ketika mereka menjadi oposisi itu juga menolak kenaikan BBM, dan bahkan ada yang sampai nangis-nangis dan lain-lain. Itu pada masa lalu,” kata Fahri saat menyampaikan pengantar diskusi dalam Gelora Talk bertajuk ‘Akhirnya Harga BBM Melambing Tinggi, Apa Dampaknya?’, Rabu (7/9/20222).

Jadi, lanjut Fahri, kalau rezim yang sekarang berkuasa ini ditentang oleh partai politik dan juga masyarakat karena menaikan harga BBM, harus menerima. Karena itu adalah universal language rakyat, kalau harga BBM itu diharapkan turun atau diprotes kenaikannya.

“Itu ada dalam lagu, ada dalam puisi, juga dalam sastra. Jadi sebenarnya memang kita semua sudah menerima bahwa kenaikan harga BBM itu tidak enak, tidak baik dan tidak selayaknya dilakukan,” ujarnya.

Padahal menurut mantan Wakil Ketua DPR RI itu, yang paling penting bagaimana membaca sikap negara. Namun sayangnya, karena dari waktu ke waktu, dari rezim rezim itu gagal dijurubicarai, gagal dikomunikasikan kepada masyarakat.

“Sesuatu yang dianggap baik kok ditolak, kalau dianggap baik kenapa mesti ditolak, misalnya istilah ‘salah sasaran’, itu paling kacau. Itu terminologi itu dari dulu bilang salah sasaran, dari awal pemerintahan berdasarkan itu. Nah rakyat sekarang bilang, eh kamu jangan salah sasaran lagi ya. itu kan yang bikin salah sasarankan negara, pemerintahan selama ini. Jadi ini adalah omongkosong-omongkosong yang tidak bisa diteruskan, karena logikanya itu tidak bisa diterima oleh masyarakat,” kata Fahri.

Dijelaskan Fahri kalau Indonesia lagi menikmati winfall alias keuntungan yang didapatkan dari lonjakan harga komoditas yang tidak terduga di seluruh dunia, dimana harga-harga komoditas Indonesia naik. Sebenarnya ini dari dulu, Indonesia memang hidup atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa karena semua yang dinikmati sebenarnya adalah sumber daya alam dari zaman VOC dahulu.

“Kita dijajah juga itu kan karena sumber daya alam, dan yang ini kita masih menggunakan sumber daya alam sebagai alat untuk menekan masyarakat. Padahal pada dasarnya Winfall itu sebenarnya baik. Kalau saya mendengar laporan pendapatan apa namanya pajak hasil bumi dan kemungkinan berefek 70 sampai 80 persem daripada pendapatan pajak, ya kira-kira akhir tahun ini pendapatan pajak kita saja sampai 2.000-an Triliun, yang akan menjadi komposisi terbesar daripada pendapatan negara kita. Jadi koq ini ada berita gembira yang selalu diungkapkan oleh pemerintah setiap hari, tapi koq efeknya rakyat yang dibikin sengsara. Padahal yang paling jelek dari kenaikan BBM itu kan inflasi,” demikian Fahri Hamzah. (Ery)