Digitalisasi Pelayanan Kesehatan Dapat Mengurangi Pemborosan Sumber Daya

by
Diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Menghadapi Era pelayanan Kesehatan Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUNA.CO, JAKARTA – Pesatnya perkembangan teknologi membuka peluang yang besar dalam kesadaran menumbuhkan sistem digitalisasi, mempermudah aktifitas manusia, termasuk pelayanan kesehatan. Dengan digitalisasi pelayanan kesehatan ini dapat mengurangi pemborosan sumber daya.

Peneliti Sejarah, Budaya, Sosial, dan Kesenian Langgar.co, Madha Soentoro menjelaskan, sistem kesehatan mencakup keseluruhan organisasi, orang, dan berbagai kegiatan yang memiliki tujuan utama mengatur dan merawat kesehatan.

“Untuk mencapai sistem kesehatan yang baik, penguatan sistem merupakan strategi yang digunakan untuk mengakomodasikan aspel supple, demand, kualitas, dan lingkungan yang mendukung untuk tercapainya status kesehatan yang baik,” kata Madha dalam diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Menghadapi Era pelayanan Kesehatan Digital” pada Senin (29/8/2022).

Dalam penguatan sistem, lanjut Madha, diperlukan perhatian yang lebih serius pada level fasilitasi dan translasi kebijakan dan strategi yaitu aspel akses, affordable, dan kualitas pelayanan. “Prioritas tersebut didasari pada kontek kondisi lokal,” kata Madha.

Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM, Bevaola Kusumasari menilai, alasan pentingnya tranformasi digital dalam dunia kesehatan karena mendukung proses diagnostik dan pengambilan keputusan klinis.

“Termasuk dalam proses pencegahan, terapi sampai dengan rehabilitasi pasien. Berinteraksi juga lebih efektif dengan pasien serta mendorong pasien terlibat dalam komunikasi terapetik,” ucapnya.

Contoh transformasi kesehatan, pasien dapat berkonsultasi dengan dokter melalui berbagai aplikasi seluler. Layanan perawatan di rumah, pemeriksaan laboratorium maupun pemesanan obat, juga dapat dilakukan melalui aplikasi seluler, terpadu dengan jasa transportasi daring.

“Jika sebelumnya pasien kesulitan mendapatkan informasi riwayat kunjungan di fasilitas kesehatan, tapi saat ini sebagai contoh, peserta program JKN bisa mengakses informasi ini melalui aplikasi mobile JKN,” kata Bevaola.

Namun demikian, Bevaola mengingatkan pemanfaatan teknologi ini harus hati-hati terhadap hoaks di bidang kesehatan. Misal, hoaks main ponsel di tempat gelap sebelum tidur menyebabkan tumor mata

“Informasi soal bahaya main ponsel sambil tiduran seringkali kita dapatkan, mulai dari pesan berisi bahaya-bahaya yang ‘mengancam’ hingga foto-foto mengerikan yang sengaja disebarkan di Whatsapp dan Facebook,” ucapnya.

Namun, lanjut Bevaola, dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center, dr Ferdiriva Hamzah, mengatakan bahwa hal itu tidak benar.

Selanjutnya, salah satu hoax yang populer yaitu kepercayaan monosodium glutamat (MSG) menyebabkan berbagai masalah mulai dari membuat otak ‘lemot’ hingga kanker. Di Whatsapp dan Facebook beredar berbagai macam variasi hoax ini.

“Di Whatsapp dan Facebook juga sering beredar kabar beberapa orang meninggal karena sering mengonsumsi mie instan. Salah satunya cerita tentang seorang pemuda meninggal akibat kanker perut atau cerita bagaimana mie instan yang dimasak bersamaan dengan bumbunya jadi pemicu kanker. Menurut pakar nutrisi Jansen Ongko, MSc, RD, tidak ada bukti ilmiah untuk hal tersebut,” kata Bevaola.

Sementara itu, Koordinator Media dan Publikasi Seknas Jaringan GUSDURian, Heru Prasetia menyatakan, diperlukan keamanan dalam berinternet. Tujuannya, untuk menghindari kejahatan siber, seperti penipuan, pembajakan akun, cyberbullying, serta melindungi privasi dan data pribadi

“Makanya, amankan perangkat digital kita dengan cara update software, anti virus, dan password,” imbau Heru.

Menurut Heru, tidak ada yang aman 100% di dunia digital. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin

“Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital. Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” kata Heru.

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media