PT SANTI Jadikan Lembata Pilot Project Riset Budi Daya Malapari

by
Tumbuhan Malapari sebagai energi baru terbarukan, alternatif bioenergi. (Foto: ist)

BERITABUANA.CO, KUPANG – PT. Sahabat Nusantara Teknologi Inovasi (SANTI dengan menggandeng Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan Lembata sebagai Pilot Project riset budi daya tumbuhan Malapari (Pongamia Pinnata).

“Jenis tumbuhan Malapari ini banyak ditemukan wilayah Kabupaten Lembata, sehingga akan digunakan Pilot Project pengembangan sebagai bibit unggul,” tandas Komisaris PT SANTI , Bibin Busono, didampingi Periset BRIN, Dr. Aam Aminah dan Dr Desmiwati, di Kupang, Jumat (19/8/2022).

Menurut Bibin Busono, para peneliti dibantu team dari Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Lembata, saat ini sedang melakukan inventarisasi tegakan pohon, yang tersebar di area pesisir Lembata.

“Hasil riset Malapari di Lembata merupakan eksplorasi genetika untuk keperluan riset-riset selanjutnya guna mendapatkan bibit unggul”,,” tandas Bibin Busono.

Diakui Bibin Busono, tumbuhan ini sebagai alternatif mengembangkan energi baru terbarukan, dari bahan nabati. Malapari jenis tumbuhan Pantai, yang berpotensi sebagai alternatif sumber bioenergi dan berbagai manfaat lainnya..

“Hasil riset yang akan dilakukan peneliti BRIN, akan menjadi jurnal ilmiah. Dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lembata, dalam mengembangkan tanaman Malapari di pulau ikonik ini, didukung peraturan daerah dan berbagai regulasi di tingkat nasional,” harapnya..

Pada kesempatan yang sama, Peneliti BRIN, Dr Desmiwati mengatakan, bahwa riset ini tidak hanya fokus pada aspek genetika, tetapi juga mencakup aspek sosial-budaya, sebagai salah satu proses asesmen, apabila nantinya akan dilakukan propagasi budi daya secara massal.

“Dalam riset sosial-budaya, salah satu acuan yang digunakan adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perhutanan Sosial (PS). Penanaman Malapari,” tambahnya.

Disamping itu, lanjut Desmiwati, juga sebagai upaya melalukan reforestrasi, konservasi mangrove dan pemanfaatan lahan-lahan kritis, agar bisa bermanfaat bagi perekonomian masyarakat dan salah satu upaya dalam program global Net Zero Emission.

“Pengembangan energi baru terbarukan menjadi perhatian Indonesia, yang merupakan bagian dari kelompok negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat setiap tahun,” ungkapnya.

Malapari dimanfaatkan buahnya, tandas Desmiwati, untuk diproses menjadi bahan baku bioenergi, sehingga bersifat lestari. Kemampuan Malapari menyerap gas rumah kaca sangat baik, dan berpotensi menjadi unggulan.

“Wilayah yang dilakukan penanaman malapari dapat pula dimanfaatkan masyarakat untuk menanam tumpang sari seperti jagung, kopi dan ubi karena sifat Malapari yang tidak saling berebut hara dan bersifat sebagai tumbuhan perintis,” tegasnya..

Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Lembata menyambut baik rencana kerjasama survei penelitian yang diajukan PT SANTI, apalagi dibantu peneliti dari BRIN.

“Dari survei awal kehutanan KPH Lembata, paling sedikit kami temukan 20 tumbuhan Malapari di sepanjang pantai SGB Bungsu. Ketinggian Malapari mencapai hampir 25 meter, dengan diameter batang lebih dari 75 cm,” kata Kepala UPT KPH Lembata Linus Lawe.

Menurut Linus Lawe, saat ini sudah ada sekitar 280 hektar lahan Malapari dikelola masyarakat, melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 tahun 2021 tentang Perhutanan Sosial (PS). (iir)