Usai Osama Bin Laden, Kini Giliran Pimpinan Al-Qaeda Al-Zawahiri Tewas di Bom Drone AS

by
Presiden AS terpilih, Joe Biden.

BERITABUANA.CO, WASHINGTON DC – Amerika Serikat (AS) menuduh kelompok Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan telah menampung dan melindungi pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri, yang dilaporkan tewas dalam serangan drone AS di Kabul, ibu kota Afghanistan.

Dilansir Reuters, Selasa (2/8/2022), Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken menyebut bahwa Taliban ‘secara jelas’ telah melanggar Perjanjian Doha.

Perjanjian Doha merupakan perjanjian untuk membawa perdamaian ke Afghanistan yang ditandatangani oleh AS dan Taliban pada Februari 2020 di Doha, Qatar. Perjanjian itu mengakhiri perang sejak tahun 2001 hingga tahun 2021 di Afghanistan.

Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu mencakup penarikan seluruh tentara NATO dari Afghanistan, janji Taliban untuk mencegah Al-Qaeda beroperasi di area-area yang ada di bawah kendali Taliban, dan perundingan antara Taliban dengan pemerintah Afghanistan.

Akibat adanya mengingkaran perjanjian Doha itu, AS akhirnya menembak mati Pimpinan Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri. Dan itu sudah ditegaskan langsung Presiden AS Joe Biden pada Senin (1/8/2021) waktu setempat, bahwa Al-Zawahiri tewas dalam serangan AS di Afghanistan pada akhir pekan.

Biden menyebut kematian Al-Zawahiri menjadi pukulan terbesar bagi Al-Qaeda sejak Osama bin Laden dibunuh tahun 2011 lalu.

“Dalam menghadapi keengganan atau ketidakmampuan Taliban untuk mematuhi komitmen mereka, kita akan terus mendukung rakyat Afghanistan dengan bantuan kemanusiaan yang kuat dan mengadvokasi perlindungan hak asasi mereka, khususnya perempuan dan anak perempuan,” tegas Biden.

Secara terpisah, seperti dilansir CNN, seorang pejabat senior pemerintahan AS menyebut bahwa beberapa tokoh senior Taliban Haqqani yang menyadari kehadiran Al-Zawahiri di wilayah Afghanistan telah melakukan ‘pelanggaran yang jelas terhadap Perjanjian Doha’.

Tokoh-tokoh senior Taliban Haqqani itu, sebut pejabat senior AS, bahkan mengambil langkah-langkah untuk menyembunyikan kehadirannya usai AS melancarkan serangan drone pada Minggu (31/7/2021) pagi waktu Kabul, dengan membatasi akses ke rumah persembunyian itu dan dengan cepat merelokasi anggota keluarga Al-Zawahiri, termasuk anak perempuan dan cucu-cucunya — yang tidak menjadi target serangan AS.

AS tidak memberitahu para pejabat Taliban sebelum melancarkan serangannya terhadap posisi Al-Zawahiri.

Dalam pernyataannya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengonfirmasi bahwa serangan terjadi di wilayah Afghanistan dan mengutuk keras serangan itu sebagai pelanggaran ‘prinsip-prinsip internasional’. Namun Taliban tidak menyinggung soal siapa yang menjadi target serangan juga soal kematian Al-Zawahiri. (Kds)