DALAM sebuah artikel, Narita Diyan bilang, bersepeda itu sangat personal. Sarana untuk belajar, bersyukur dan berbagi. Karena berinteraksi cukup dekat dengan masyarakat, menjadikan ia mengenal lebih jauh kehidupan mereka.
Peristiwa yang sulit didapat jika ia berkendara pakai motor atau mobil. Sepeda mendekatkan apa saja. Bisa berhenti setiap saat, kapan ia mau, sehingga dapat mengenal lebih dalam setiap perjalanan yang dilalui.
Seperti kabanyakan anak-anak, Narita menyukai bersepeda sejak kecil. Kecintaannya pada kendaraan tanpa asap itu mulai surut saat SMA dan kuliah. Ia beralih ke motor mobil.
Wanita berbodi ‘kering’ ini kembali suka sepeda karena hobinya ; menyukai olahraga kompetisi. Tak tanggung-tanggung, ia memilih trialton. Olahraga yang menggabungkan lari, renang, dan bersepeda sekaligus.
Sejak itulah, cinta lama pada sepeda itu bersemi kembali. Bahkan makin menjadi-jadi. Ia tinggalkan moda tranportasi bermesin dan beralih ke bike to work.
Dari rumahnya bilangan Jakarta Barat ke kantornya di daerah Jakarta Selatan, sekali jalan ia menempuh jarak 20-an kilometer.
Jika ditambah baliknya, berarti setiap hari ia menempuh jarak 40-an kilometer.
Hitung sendiri berapa seminggu, sebulan dan setahun-nya. Odo meter sepedanya mungkin sudah ribuan kilometer. Luar biasa.
Rutinitas itu otomatis membuatnya kuat. Kemampuan gowesnya luar biasa, meski kepada saya mengaku biasa-biasa saja.
Ia tak ingin menjadi atlet profesional. Ia hanya menjalani hobi untuk memuaskan bathin-nya. Belanja bahagia bonusnya sehat.
Narita boleh saja merendah. Yang pasti, ia kini jadi salah satu ikon pesepeda wanita Indonesia. Di mana pun berada, banyak yang minta foto. Terutama pegowes wanita.
Saya senang melihatnya. Ia menemukan karakternya sendiri, sebagai pegowes wanita yang dijadikan idola kaumnya. Lumrah, mengingat ia menjalani aktifitasnya cukup panjang dan berliku. Bukan instan, bim salabim, langsung jadi.
Apa pun yang dilakukan dengan konsisten pasti ada hasil. Postingan-postingannya selalu motivasi dan menginspirasi yang lain untuk ikutan.
*Eko Guruh* – (Pengamat Pesepeda dan mantan ASN)
